TANJUNG REDEB – Area permukiman padat penduduk di Jalan Karang Mulyo, Gang H Abdul, Kelurahan Karang Ambun, nyaris dilahap sijago merah, sekitar pukul 13.38 Wita, Jumat (19/5). Api terlihat di salah satu gudang tempat menumpuk kayu dan kardus, milik warga.
Mendapatkan informasi tersebut, tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, langsung menurunkan tiga unit mobil pemadam kebakaran (Damkar), untuk melakukan pencegahan penyebaran api. Pasalnya di kawasan tersebut sangat padat penduduk dan rata-rata rumah warga terbuat dari kayu yang mudah terbakar.
Koordinator Pemadam Kebakaran BPBD Berau Agus Harianto menyebut, peristiwa itu terjadi selepas masyarakat melaksanakan salat Jumat. Menurutnya saat kejadian, Edi sang pemilik rumah tengah melaksanakan ibadah. Hanya istrinya Uci, saja yang berada di rumah. “Api berasal dari gudang, di mana terdapat tumpukan kayu dan kardus,” ucapnya saat ditemui di lokasi kemarin.
Dijelaskan Agus, api belum terlalu besar, sehingga personel dengan mudah memadamkan percikan api yang sudah mulai menyambar bahan lainnya. “Api tidak sampai membesar,” katanya.
Agus mengatakan, awalnya pemilik rumah yakni Uci mencium bau terbakar. Kemudian dicari, namun tidak ditemukan adanya yang tengah membakar sampah. Setelah dicek ke dalam rumah, asap malah muncul dari dalam gudang. Uci yang panik, lantas berteriak memanggil warga. Warga juga berdatangan untuk berusaha memadamkan api. Beruntung, api tidak sampai membesar.
“Api diduga berasal dari korsleting listrik, kami melihat ada saklar listrik yang sudah meleleh,” ucapnya.
Dilanjutkannya, akibat musibah ini, kerugian ditaksir juataan rupiah. Namun tidak ada korban jiwa, hanya pemilik rumah saja yang terlihat syok akibat kejadian ini. Api juga berhasil dipadamkan, beberapa menit kemudian, setelah 3 unit damkar turun.
“Ini juga kami minta, agar masyarakat lebih berhati-hati menggunakan listrik. Tidak sedikit, kejadian kebakaran akibat korsleting listrik,” tutupnya.
DAMKAR BUTUH PEREMAJAAN
Walau berhasil mencegah terjadinya kebakaran di permukiman padat penduduk, Agus mengaku banyak unit damkar milik BPBD Berau yang butuh peremajaan. Selain armada yang kurang memadai, Agus juga menyebut jumlah personel pemadam kebakaran juga minim.
Dikatakan Agus, saat ini hanya ada 3 unit damkar yang kondisinya baik di posko induk. Tentunya jumlah tersebut sangat minim. Padahal jumlah perumahan di Berau semakin tumbuh.
"Usia unit ini kebanyakan sudah tua, dan yang maksimal bisa digunakan hanya sebanyak tiga unit," ujarnya.
Sementara masalah personel, jika terjadi kebakaran maka personel yang sedang off pun harus ikut turun ke lapangan. Saat ini personil yang aktif hanya 20 orang. Dan tidak sedikit pula yang akan pensiun dalam dua tahun ke depan. Tentu harus dipersiapkan tambahan personel, guna mengantisipasi jika ada yang pensiun.
"Ini juga jadi masalah. Karena kami butuh penambahan personel. Terlebih, jika nanti 4 orang tim kami akan pensiun," katanya.
Dijelaskan Agus, personel tentu menjadi kebutuhan dasar, serta harus ada pelatihan. Karena tidak semua paham alur memadamkan api. Terlebih jika panik, yang ada api semakin besar dan merembet ke bangunan lain.
Diakui Agus, memang di Berau, ada 11 posko kebakaran. Yang tersebar di 11 kecamatan, kecuali Maratua dan Tanjung Redeb. Namun tetap dengan jumlah personel yang ada terbatas. Sehingga jika terjadi kebakaran, personel yang ada di pos induk juga turun ke lapangan untuk membantu memadamkan si jago merah.
Menurutnya, sedikitnya butuh 100 personel tambahan untuk mengisi kebutuhan personel di damkar di Berau untuk disebar di setiap posko yang ada.
"Kami butuh cukup banyak. Dan memang ini sifatnya mendesak," tutupnya. (hmd/udi)