Sebelas Tahun

- Selasa, 23 Mei 2023 | 15:13 WIB
-
-

PEGAWAI Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) bisa langsung diputus kontrak. Dan, pada sub judulnya Bupati ingatkan ASN jaga netralitas di tahun politik.

Itu berita yang saya baca setelah media ini melewati satu  hari  usianya yang ke sebelas tahun. Banyak yang bertanya-tanya dengan berita itu.  Pernyataan yang tak pernah dilupakan untuk disebutkan jelang tahun politik. Dulu juga begitu. Dulu-dulunya pun demikian.

Orang bisa menafsirkan macam-macam dengan pernyaataan tersebut. Bisa jadi, bahwa ASN dan P3K, diingatkan agar tidak masuk dalam wilayah politik. Apalagi bila terang-terangan. Bagaimana kalau tidak terang-terangan, kata pengunjung warung pojok.

Yang lebih tinggi pemahamannya. Bisa mengartikan lain lagi. Menjadi isyarat bagi P3K, bahwa mereka bisa dengan mudah dicopot. Dan, kalau pernyataan itu dibalik, bisa menjadi lain maknanya. Saya bukan sekelas Rocky Gerung. Jadi saya tak bisa membahas itu lebih dalam lagi.

Saya hanya ingin menyampaikan, kalau di hari Minggu (21/5), media yang setiap hari saya membuat catatan, genap berusia sebelas tahun. Tidak terasa perjalanan waktu itu. Rasanya cepat sekali. Rasanya baru kemarin, saya dengan Pak Ivan Firdaus, kasak kusuk mencari lahan.

Banyak tokoh yang ikut menjembatani lahirnya media cetak pertama di Berau. Termasuk Pak Makmur, saat menjabat Bupati, setiap hari memberi semangat. Kalau itu, Pak Makmur menganggap, bila satu daerah ada satu media hariannya, itu tanda-tanda kota akan maju.

Sekarang ada dua media hariannya. Artinya dua kali lipat kemajuannya sesuai dengan ukuran Pak Makmur.

Lalu bagaimana setelah sebelas tahun? Medianya tetap eksis, bersamaan dengan Kota Tanjung Redeb yang juga semakin cantik. Selama sebelas tahun, menemani pembacanya yang datang setiap pagi hari.

Sebelas tahun. Angka yang dianggap sakral. Angka sebelas itu, diyakini sebagai angka keberuntungan tanda spritual yang kuat dari kebangkitan dan kesadaran, serta tanda keselarasan dengan tujuan hidup.

Padahal saya masih capek. Ada pesan WA dari P:imred Berau Post, yang menyebukan kalau Minggu (21/5) itu akan ada pemotongan tumpeng. Saya langsung semangat. Lima belas menit sebelum jam 08.00 wita, saya sudah ada di Gedung Biru Kantor Berau Post.

Perjalanan melewati Jalan Durian III, sayapun bertanya-tanya. Mengapa rumah warga bergelap-gelap. Mati lampu lagikah? Saya ingat beberapa pernyataan yang selalu memastikan kalau tak ada lagi pemadaman lampu. Nyatanya, masih juga.

Tiba di gedung biru, suasananya sama. Lampu halaman yang biasa terang, jadi gelap. Belasan menit juga lamanya. Kru berusaha menghidupkan mesin diesel yang besar. Butuh waktu juga. Maklum, mesin berbahan bakar solar itu, bila ‘masuk angin’. Sulit menghidupinya.

Saya melihat sekitar Gedung Biru sambil membayangkan sebelas tahun silam. Mengapa dulu itu membeli lahannya tidak sekalian yang luas. Bisa menjadi aset perusahaan. Sebelas tahun lalu masih sepi. Masih jalan setapak.

Sekarang, hadirnya Gedung Biru, menjadi ukuran tingginya harga lahan di sekitarnya. Apalagi, jalanan sudah di beton. Banyak rumah warga yang berdiri di sekitar gedung. Ada juga yang membangun berpetak-petak, untuk disewakan. Jadi jalan utama kendaraan berat.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB
X