TANJUNG REDEB – Dalam rangka meningkatkan program pengembangan budidaya tanaman kakao, Berau Coal melalui Berau Cocoa jalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Berau. Kerja sama itu pun secara bertahap telah disosialisasikan kepada mahasiswa-mahasiswi StiperBerau, pada Senin (22/5) lalu.
Ketua BEM Stiper Berau, Deny Pangestu mengatakan, kerja sama antara Stiper berau dengan Berau Cocoa sangat bagus dan mendukung terhadap pengembangannya. Berau Cocoaselain berdampak langsung ke masyarakat dalam hal ini petani, dinilainya juga telah terbuka untuk menjalin kerja sama dengan civitas akademika yaitu Stiper Berau.
“Yang hari ini kita lihat notabenenya Kampus Stiper Berau itu adalah yang menjurus ke bidang pertanian itu sendiri,” ujar Deny.
Selain kerja sama ini juga, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat atau petani yang di Kabupaten Berau, diharapkan bisa memberikan efek lebih kepada mahasiswa-mahasiswi yang ada di Stiper Berau.
Ia pun menantikan program Berau Cocoa di kampusnya. Di mana ke depan dia dan teman-temannya bisa mendapat kesempatan dalam melakukan magang, penelitian, aktivitas pertanian, perawatan hingga pembibitan, khusus kakao sebagai komoditas unggulan.
Harapan lainnya, kata Deny, kerja sama antara Berau Cocoaini bisa meluaskan areal hingga ke pelosok kampung yang lainnya, sehingga semakin ramai masyarakat yang menanam kakao.
“Jadi harapannya ke depan, dari kerja sama ini mahasiswa Stiper Berau bisa terlibat langsung dalam mendukung pengembangan kakao sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Berau,” terangnya.
Selain mengembangkan biji kakao atau coklat kering, secara berkelanjutan bisa juga di produksi menjadi barang jadi. Seperti coklat batangan, coklat bubuk, dan semacamnya.
“Nanti ke depannya saya harap bisa terus berkelanjutan dari hulu hingga ke hilir, mulai dari menanam hingga siap disajikan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Stiper Berau, Ardiansyah mengakui, saat ini memang masih dalam tahap penjajakan atau sosialisasi terhadap program pengembangan budidaya tanaman kakao di Berau.
Menurutnya, Berau Cocoa merupakan suatu hal yang positif, yang bagus untuk dikembangkan bersama. Karena disebutnya menyangkut kesejahteraan masyarakat dan peluang membuka lapangan kerja baru. Harapannya bisa juga memberi dampak positif bagi mahasiswa dan pihak Stiper itu sendiri.
“Artinya kepada kita kan nanti dari sisi riset dan inovasinya, dari sisi rekrutmen tenaga kerjanya Berau Coal telah membuka peluang pengembangan melalui program ini agar ke depan menjadi lebih baik. Kami turut mendukung program ini,” ungkap Ardiansyah.
Terpisah, Social Enterprise Coordinator PT Berau Coal, Yandi Rama Krisna menjelaskan Berau Cocoa sejatinya mempunyai program untuk bisa mengembangkan budidaya kakao di Berau secara meluas. Pihaknya mempunyai target dalam 5 tahun ke depan akan mengembangkan lahan baru seluas 3.000 hekatre.
“Nantinya kan kita butuh banyak lahan dan petani. Maka itu salah satu upaya kami yakni menjalin komunikasi dengan Stiper Berau, sebagai civitas akademika di bidang perkebunan,” jelas Yandi.
Pihaknya menawarkan kepada Stiper Berau mulai dari praktek, KKN, ataupun tugas akhir terkait budidaya kakao. Untuk mendukung pengembangannya, hal ini pun telah disosialisasikan terkait 3.000 ha lahan baru tersebut dengan Stiper Berau.
“Kami ajak untuk berkontribusi, entah dalam bentuk riset atau penelitian mahasiswa. Atau jika ada juga yang menjadi petani, karena perkebunan itu output-nya pertanian. Mereka akan mengembangkan kebun kakao misalnya bagi mereka yang punya peluang. Kita bisa support seperti bibit unggul,” bebernya.
Upaya dari kerja sama ini juga diakui Yandi tak lain sebagai bentuk menumbuh kembangkan semangat pertanian, agar lulusan Stiper juga bisa nenjadi petani milenial dan mewujudkan kemandirian ekonomi baru di Berau. Program ini sendiri sampai 5 tahun ke depan. Selama masih berjalan, pihaknya usahakan Stiper akan terlibat.
“Lahan bisa berada di wilayah mana saja, baik itu di wilayah Gunung Tabur, Sambaliung, Teluk Bayur, hingga Segah. Tidak mesti di lingkar tambang. Yang jelas terbuka untuk semua daerah yang potensial. Tinggal kita bikin skala prioritas terkait jarak dan kemampuan petani,” tutupnya.(mar/adv/arp)