TANJUNG REDEB – Meningkatnya kasus HIV/AIDS Bumi Batiwakkal menjadi perhatian semua pihak. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Totoh Hermanto pun meminta semua pihak bisa berperan mengatasi persoalan ini.
Dijelaskan Totoh, Tempat Hiburan Malam (THM) tentu tidak bisa ujuk-ujuk langsung disidak, dan dicek kesehatannya. Namun harus ada permintaan dari pemilik atau pengelola THM, agar tempat mereka dilakukan pengecekan penyakit menular seperti HIV/AIDS.
“THM itu bukan tempat lokalisasi. Jadi harus ada permintaan,” katanya.
Menurut Totoh, pihaknya bisa langsung bertindak, jika hal itu di lokalisasi. Sedangkan di Berau tidak ada lokalisasi. Sehingga sulit untuk melakukan tindakan pengecekan kesehatan penyakit menular. Terlebih, tidak sedikit para pekerja malam, yang berjualan tidak pada tempatnya.
“Ini suatu hal yang sulit dilakukan. Tapi bisa, asal semua peran berperan aktif. Termasuk lingkup RT dan lurah,” paparnya.
Untuk sosialisasi, ia mengatakan sudah dilakukan oleh pihak Dinkes, baik di masyarakat umum maupun sekolah bahaya penyakit menular seksual.
Tidak hanya untuk HIV/AIDS namun juga Sifilis. Pasalnya, banyak anak-anak yang belum memahami dan paham akan konsekuensi dari sex bebas yang dilakukan. “Sosialiasi perlu dilakukan, terus dan terus,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Berau, Anang Saprani yang juga mendapatkan atensi bupati Berau untuk terus melakukan patroli terhadap aktivitas yang mencurigakan, termasuk pengecekan THM. Supaya mengentaskan pergaulan bebas di Bumi Batiwakkal. “Selalu kami rutin patroli,” jelasnya.
Termasuk salah satunya yakni membubarkan, apabila ada muda mudi yang nongkrong hingga lewat tengah malam. Menurut Anang, ini langkah untuk mencegah, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kami langsung bubarkan, jika saat patroli kami temukan hal tersebut,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Berau Sri Juniarsih menyoroti terus meningkatnya kasus Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS), dari tahun ke tahun.
Menurutnya, peran semua pihak dibutuhkan dalam hal ini. Khususnya Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau yang dianggap harus lebih masif melakukan sosialisasi pengendalian penyakit menular tersebut.
“Kita tahu semua bahwa HIV/AIDS ini belum ada obatnya. Tapi bisa dicegah,” ujarnya.
Peran Dinas Kesehatan tentu besar dalam mencegah penularan penyakit tersebut. Dia mengatakan, beberapa tahun silam Dinkes bersama Badan Narkotika Kabupaten (BNK) kerap melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap wanita pekerja malam di Berau. Namun dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan tersebut mulai kendor.
“Saya rasa, kegiatan pengecekan rutin tersebut bisa kembali digalakkan,” tuturnya.
Diketahui, penyebaran HIV/AIDS masih cukup marak terjadi di Berau. Tercatat, dalam selang waktu lima bulan terakhir, Dinkes Berau sudah mendapati 13 orang terkena HIV/AIDS.
Menurut Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), Dinkes Berau, Garna Sudarsono, kasus HIV di Berau cenderung fluktuatif dalam lima tahun terakhir. Di mana mayoritas kasus didapati saat tim gabungan melaksanakan patroli di tempat hiburan malam (THM).
Dari data Dinkes Berau pada tahun 2018, didapati sebanyak 36 orang terkena HIV/AIDS, 2019 ada 24 orang, 2020 ada 22 orang, 2021 ada 32 orang, 2022 ada 36 orang dan di tahun 2023 sementara ini ada 13 orang. (hmd/arp)