Pohon Hayat Jadi Pengingat Keberagaman Itu Justru Pemersatu

- Jumat, 2 Juni 2023 | 01:20 WIB
BENTUK KONTRIBUSI: Agra Satria, Bambang Susantono, Aulia Akbar, Presiden Jokowi, Dimas Fakhruddin, Ismiaji Cahyono, dan Wildan Ilham di Istana Negara, Jakarta (30/5).
BENTUK KONTRIBUSI: Agra Satria, Bambang Susantono, Aulia Akbar, Presiden Jokowi, Dimas Fakhruddin, Ismiaji Cahyono, dan Wildan Ilham di Istana Negara, Jakarta (30/5).

Pohon Hayat Nusantara karya Aulia Akbar yang memenangi logo IKN mengandung makna ideologis, geografis, dan kemerdekaan Indonesia. Bagi para finalis, ajang ini mendidik publik bahwa simbol atau logo bukan sekadar gambar, tetapi juga mengandung nilai filosofis serta cerita.

 

FERLYNDA PUTRI S., Jakarta

 

BISA dibilang inilah momen terbahagia Aulia Akbar selama sembilan tahun bergelut di dunia desain. Co-founder POT Branding House tersebut sama sekali tidak menyangka karyanya terpilih menjadi logo resmi Ibu Kota Nusantara (IKN).

”Yang pasti, rasanya sangat kaget. Aku pribadi legawa dari awal (mau menang atau tidak, Red),” ucap Aulia yang tampak menangis haru saat menerima hadiah sebagai pemenang lomba logo IKN di Istana Negara, Jakarta, Selasa (30/5).

Kebanggaan serupa dirasakan keempat finalis lain: Dimas Fakhruddin, Agra Satria, Ismiaji Cahyono, dan Wildan Ilham. ”Masuk 10 besar saja sudah bangga, apalagi lima besar,” kata Dimas dalam kesempatan yang sama di Istana Negara.

Pohon Hayat Nusantara yang didesain Aulia merupakan simbol pohon dari barat sampai timur Indonesia. Pohon adalah sumber kehidupan sekaligus kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia.

Pohon Hayat Nusantara memiliki lima akar yang bermakna ideologi bangsa, Pancasila. Lalu, ada tujuh batang yang melambangkan tujuh pulau besar Indonesia. Dan, 17 helai mahkota bunga yang mekar adalah simbol kemerdekaan.

Aulia dan timnya di POT Branding House tentu tidak hanya asal membuat desain pohon hayat. Ada riset yang mendukung sejak mereka memutuskan ikut lomba yang diumumkan pada September tahun lalu tersebut. Apalagi, itulah lomba desain logo ibu kota negara pertama yang dihelat secara terbuka.

”Inspirasinya dari penelusuran tentang kebudayaan Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Semua punya kesamaan berupa kosmologi si pohon hayat,” ujarnya.

Alumnus Institut Teknologi Nasional, Bandung, itu menginginkan desainnya bisa jadi pengingat bahwa keberagaman Indonesia ini justru menjadi pemersatu. ”Kompetisi ini juga wujud negara menghargai desain grafis,” katanya.

Sebelumnya, masyarakat secara terbuka dapat memilih langsung satu logo dari lima nomine desain. Berdasar hasil akhir sayembara pada 20 Mei lalu, jumlah pemilih mencapai 500.260 orang yang berasal dari berbagai provinsi di berbagai pulau.

Bagi Dimas, bersaing dengan lebih dari 500 desainer dan bisa menembus lima besar di sebuah ajang bersejarah adalah pengalaman luar biasa. ”Dari awal saya mau ikut acara ini sebagai kontribusi untuk negara,” ujarnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X