TANJUNG REDEB – Dugaan eksploitasi anak menyeruak di Berau. Hal ini seiring banyaknya aktivitas anak-anak yang berjualan kue hingga makanan ringan.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Berau, Iswahyudi mengatakan, sudah menerima beberapa aduan mengenai hal tersebut. Sehingga pihaknya akan mendata dan membina anak-anak yang kedapatan berjualan. Begitu juga dengan orangtuanya.
Namun sebelum itu, dirinya perlu berkoordinasi secara lintas sektor, seperti Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Berau. Sebab, ia menilai ranahnya berada di instansi tersebut. “Jadi ranahnya di sana (DPPKBP3A,red), kami pasti juga akan memberikan teguran, dan pembinaan,” katanya.
Lanjut Iswahyudi, mengenai dugaan eksploitasi anak dijelaskannya belum tentu benar. Sebab, eksploitasi anak terjadi saat ada unsur paksaan untuk bekerja dan menghasilkan uang. Namun, jika itu tulus keinginan anak untuk membantu orangtua, dan di luar jam sekolah, tentu tidak menjadi masalah.
“Ini polemiknya. Terkadang, karena keikhlasan si anak, membantu orangtua, tapi yang tidak tahu men-judge bahwa anak tersebut dipaksa berjualan,” tuturnya.
Kondisi ini menurutnya memang kurang tepat. Namun, karena keadaan ekonomi orangtuanya, ia dipaksa oleh keadaan, untuk membantu dan mengesampingkan waktu bermainnya.
“Kita belum dalami, apakah ada paksaan atau keinginan pribadi,” ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau ini melanjutkan, pihaknya akan segera melakukan pendataan berapa jumlah anak yang berjualan dan akan segera memanggil orangtua mereka.
Sementara itu, Kepala DPPKBP3A Berau, Rabiatul Islamiah menuturkan, sudah pernah memanggil orangtua yang anaknya ikut berjualan. “Sudah pernah saya panggil mereka dan mereka berjanji tidak akan ulangi lagi,” katanya.
Dari sepengetahuannya, alasan anak-anak tersebut berjualan bukan karena dipaksa, namun mengisi waktu luang, dengan cara berjualan. Namun Rabiatul menegaskan pihaknya akan kembali turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan informasi tersebut.
“Saya akan perintahkan tim untuk turun. Karena sebelumnya pernah kami tindak. Saya yakin ini orang baru,” ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya tidak bisa men-judge perihal tersebut, karena bisa saja tidak masuk eksploitasi anak. Butuh bukti kuat, untuk menerapkan hal tersebut. Karena, sebenarnya boleh saja anak membantu orangtuanya jualan. Selama itu bukan di jam sekolah. “Boleh saja, asal ada batasannya,” tutupnya. (hmd/arp)