Ada Nang Siup

- Rabu, 7 Juni 2023 | 01:03 WIB
-
-

DERMAGA Wisata pagi hari sudah penuh sesak. Ada yang mau sekolah di Tanjung Redeb, ada yang mau bekerja di Sambaliung.

Itulah suasana saat Jembatan Sambaliung benar-benar ditutup. Tak ada lagi akses bagi pemotor, mobil, dan pejalan kaki. Semua harus melewati angkutan pengganti yang disediakan.

Bagaimana tidak bertumpuk-tumpuk. Dua kapal kayu yang disediakan untuk angkutan motor dari dan ke Tanjung Redeb, kapasitasnya terbatas. Sementara yang harus menyeberang Sungai Kelay, jumlahnya banyak sekali.

Karena banyak itu, saya melihat sekali perjalanan menyeberang sungai, sudah melebihi kapasitas. Setidaknya itu menurut ukuran saya. Antara kendaraan dan warga yang diangkut perahu kayu. Antrean kendaraan terlihat sudah sangat tidak terkendali. Muatannya bisa sampai seratus orang, kata warga di lokasi.

Pagi-pagi saya ke Dermaga Wisata. Melihat bagaimana sibuknya mengatur jumlah kendaraan dan manusia yang begitu banyak. Anak-anak berpakaian sekolah, terpaksa diantar orangtuanya ke Tanjung Redeb. Pun demikian dengan guru, dan pekerja lainnya.

Memang sangat tidak mencukupi. Awalnya yang dipikirkan, hanya penyeberangan kendaraan. Warga yang tinggal di Sambaliung memilih tidak membawa kendaraan. Sebaliknya juga begitu, guru siswa dan karyawan, juga demikian.

Pemkab hanya menyediakan beberapa unit speedboat milik instansi. Mengangkut bergantian yang kapasitasnya juga sangat terbatas. Bisa saja diisi penumpang dengan berjejal, namun cukup rawan. Mengingat kondisi arus Sungai Kelay yang deras. Bisa membahayakan.

Karena ada urusan penting, kendaraan motor bersabar menunggu giliran untuk menyeberang. Saya sudah antre sejak jam 8 pagi, baru jam 1 bisa menyeberang, kata salah seorang warga yang ingin ke Sambaliung.

Beranjak siang hari, antrean makin panjang. Pengendara motor masih tetap bersabar. Karena berjemur di tempat terbuka, mungkin karena tak sempat sarapan dari rumahnya, ada saja yang pingsan. “Karena kelelahan menunggu, sampai siup (pingsan), kata warga yang ada di lokasi.

Situasi pagi hingga menjelang siang hari itu, jadi topik pembahasan di warung pojok. Diperkirakan suasana itu tidak berlangsung berhari-hari. Kebetulan kan hari Senin (6/5), jadi ramai, kata Hendra, pelanggan tetap warung pojok.

Dari situasi itu, di hari berikutnya warga mulai berhitung-hitung. Terutama yang tidak termasuk dalam kelompok siswa, guru, dan karyawan perusahaan maupun para pelanggan jasa lainnya. Kalau mau jalan-jalan saja, lebih baik ditunda saja.

Yang lebih rawan sesungguhnya pada angkutan kendaraan mobil. Antreannya cukup jauh hingga ke Jalan Diponegoro dan Jalan Murjani III. Dua LCT tak mampu melayani kendaraan. Kapasitasnya hanya 10 unit sekali berangkat.

Saran warga, khusus kendaraan yang membawa kebutuhan masyarakat seperti pengangkut ikan dan ayam serta sayuran, perlu jalur khusus untuk diprioritaskan. Kalau tidak, bisa berdampak pada mahalnya harga jual kebutuhan tersebut.

Begitupun dari Tanjung Redeb, para agen akan melayani pelanggannya untuk memasok kebutuhan warga. Ini juga perlu jalur khusus agar mereka didahulukan. Termasuk kendaraan yang membawa BBM dan kendaraan readymix.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X