Hanya bermodal air dapat memperbanyak koleksi tanaman. Bahkan, tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membeli tanaman. Bisa dilakukan secara mandiri dengan menggunakan metode propagasi vegetatif.
KUALITAS hidup bakal semakin meningkat jika mempunyai banyak tanaman. Mulai memiliki pasokan oksigen lebih baik hingga mengurangi polusi. Alhasil, banyak kalangan yang mulai menambah koleksi tanamannya. Namun, memperbanyak tanaman ternyata dapat dilakukan secara mandiri dan tidak melulu harus membeli.
Metode itu disebut sebagai propagasi. Seorang penghobi tanaman asal Surabaya Friska Andrianti telah berkali-kali memanfaatkan propagasi. Rumahnya pun tampak penuh berisi berbagai jenis tanaman saat Jawa Pos berkunjung Kamis (8/6) lalu. Secara umum propagasi terbagi menjadi dua, yaitu vegetatif dan generatif.
Friska lebih menyarankan propagasi vegetatif karena memiliki sejumlah kelebihan. Di antaranya, proses lebih cepat, dapat dilakukan kapan pun, dan lebih mudah. Sebab, propagasi vegetatif tidak melalui penyerbukan dan hanya membutuhkan sedikit bagian dari tanaman induk. ’’Pakai bagian tanaman yang bisa tumbuh lagi,’’ terang dia.
Penghobi dapat melakukan propagasi vegetatif dengan media tanah seperti setek. Namun, juga dapat menggunakan media air dengan istilah water propagation. Prosesnya pun mudah, cukup meletakkan bagian tanaman yang hendak diperbanyak ke dalam air. Mulai daun, batang, hingga akar. ’’Pengamatan perkembangan tanaman yang sedang proses juga lebih mudah,’’ ujar dia.
Alumnus Jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya itu menegaskan, air yang digunakan tidak bisa sembarangan. Yang paling sesuai menggunakan air rendah kaporit dan tanpa mineral. Berdasar pengalamannya, air yang telah diendapkan menghasilkan propagasi lebih baik. Air juga harus rutin diganti setidaknya sekali sepekan. ’’Supaya merangsang pertumbuhan akar dan tunas baru,’’ ungkapnya.
Kebanyakan tanaman bisa diperbanyak secara vegetatif. Namun, ada beberapa jenis yang terbilang lebih sesuai dengan water propagation. Misalnya, anggrek, monstera, dan syngonium. Namun, ada juga yang lebih cocok di media tanah, misalnya sansevieria. ’’Saya tak pernah berhasil memperbanyak sansevieria di air. Malah lebih mudah jika di setek daun,’’ lanjutnya.
Proses propagasi air pun terbilang mudah dan dapat dilakukan pemula sekalipun. Yaitu, memotong bagian tanaman induk yang paling terlihat kokoh. Lalu, membersihkan bagian tanaman tersebut, termasuk memotong daun yang berlebih. Namun, harus menyisakan beberapa daun yang paling sehat agar fotosintesis tetap berjalan. ’’Gunting di antara ruas daun supaya bisa tumbuh lagi nantinya,’’ ucapnya.
Setelah itu, siapkan wadah apa pun untuk menampung air. Jika bisa, wadah transparan agar mudah mengamati. Pastikan bagian bawah tanaman yang telah dipotong terendam. Kemudian, jika tampak keruh, air dapat diganti agar tak mengurangi daya tahan tanaman. ’’Supaya tetap ternutrisi dan segar juga,’’ urainya.
Perempuan 41 tahun itu memaparkan, ada beberapa faktor yang membuat proses propagasi berhasil. Di antaranya, kesehatan tanaman induk, perawatan, dan tingkat kesterilan media tanam. Selain itu, suhu dan kelembapan turut memengaruhi sehingga harus pas. Dikhawatirkan, tanaman membusuk. ’’Harus waspada kalau mencoba di musim hujan, rentan hama dan penyakit,’’ ujarnya.
Sore menjadi waktu yang paling ideal untuk melakukan proses propagasi. Sebab, suhu cenderung telah turun dan tak terlalu panas. Saat pagi pun, propagasi tetap bisa asalkan tanaman harus segera diletakkan di tempat yang teduh. Tips lainnya, dapat menambahkan zat pengatur tumbuh dan antihama serta tak melupakan penyiraman sepekan sekali. ’’Akar atau tunas baru bakal muncul dua minggu kemudian dan bisa dipindah ke media tanam,’’ jelas ibu tiga anak itu.
Selain water propagation, ada banyak jenis propagasi tanah. Menyesuaikan jenis tanaman. Misalnya, tanaman berkayu lebih cocok metode cangkok, sedangkan jenis sukulen lebih sesuai dengan setek daun. (dho/c7/ai/jpg/sam)