Mengalahkan saran keluarga, bahkan dokter, yang sejauh ini gagal merayunya. Saran agar Naning Adiwoso beristirahat dan meninggalkan kegiatannya tidak datang sekali-dua kali. Sudah berkali-kali keluarga, rekan, hingga dokter memintanya untuk fokus menikmati hari tua dengan lebih banyak beristirahat.
PERMINTAAN yang disampaikan orang-orang terdekatnya bukan tanpa alasan. Maklum, selain usia yang hampir menginjak 80 tahun, kesehatannya juga mulai menurun. Naning pernah tak sadarkan diri saat berkegiatan. Beberapa kali pula Naning terjatuh.
Namun, berulang-ulang disampaikan, berkali-kali pula tidak dihiraukan Naning. Di hari tuanya, dia tetap bersemangat menjalankan aktivitasnya sebagai pegiat lingkungan dan sosial. Alasannya, kepuasan batin.
“Saya senang melihat orang bahagia saat kita bisa bantu,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos di Jakarta beberapa waktu lalu. Kesempatan itu, baginya, tidak ternilai harganya.
Naning berlatar belakang arsitek. Masa mudanya banyak dihabiskan di Amerika Serikat. Termasuk melanglang buana ke berbagai negara. Di luar negeri, dia terlibat aktif di sejumlah organisasi, khususnya yang bergerak di ranah lingkungan. Bertautan dengan keahliannya di bidang desain bangunan. Jiwa itu pula yang dia bawa saat pulang ke Indonesia.
Kini, ada sejumlah kegiatan yang dia geluti di luar bidang konsultan interior. Di antaranya, Asosiasi Toilet Indonesia yang berfokus pada masalah sanitasi serta Green Building Council Indonesia yang giat mengupayakan pembangunan ramah lingkungan. Keduanya merupakan organisasi nonprofit.
Berbagai gerakan advokasi lingkungan itu digeluti Naning sebagai respons atas kegelisahannya melihat kondisi Indonesia. Urusan toilet, misalnya. Sanitasi di Indonesia masih menjadi persoalan.
Padahal, sebagaimana ramalan pakar dunia, persoalan sanitasi bisa menjadi bencana besar di kawasan Asia-Pasifik, mengingat tren penduduk yang meningkat. Sistem sanitasi yang tidak ideal bisa memicu penyakit yang memengaruhi sumber daya manusia.
“Kaitannya dengan banyak hal, termasuk kesehatan dan ekonomi. Indonesia bisa tertinggal,” tuturnya.
Di Indonesia, asosiasi yang digeluti Naning aktif menyosialisasikan sistem sanitasi yang ramah lingkungan. Salah satu capaian besarnya adalah terlibat dalam mendorong sistem toilet di bandara-bandara yang kini jauh lebih baik dan ramah lingkungan. “Toilet di bandara itu salah satu wajah Indonesia,” paparnya.
Di ranah sosial pun sama. Terbaru, saat gempa Cianjur tahun lalu, Naning terlibat langsung dalam pembangunan fasilitas air beserta sanitasinya. Dia tak bisa tinggal diam mendengar kondisi para pengungsi dari pemberitaan. Hatinya iba melihat anak-anak terkena penyakit kulit.
Dia memilih datang langsung untuk melihat situasi di lokasi dan berbuat sesuatu. Semua diberikan gratis, berbekal bantuan jaringan pengusaha yang dia miliki. “Melihat respons warga yang senang sekali, rasanya ikut bahagia,” ungkapnya.
Sementara itu, di Green Building Council, Naning dan rekan-rekannya banyak mendampingi sejumlah proyek pembangunan. Tujuannya agar pembangunan gedung lebih memperhatikan aspek lingkungan.
Selain alasan yang bersifat emosional, konsistensi Naning dalam memberi kontribusi sosial di usia lansia merupakan wujud rasa syukur. Sejak kecil dia diberi akses pendidikan yang baik, bahkan hingga ke luar negeri. Kesempatan yang tidak dimiliki semua orang. Karena itu, dia merasa perlu berbuat lebih dengan menularkan manfaatnya kepada orang lain. “Saya beruntung sekali mendapat pendidikan yang baik dari orangtua,” ceritanya.
Namun, Naning menyadari bahwa setiap manusia memiliki batas. Kondisi fisik kelak akan menghentikannya. Mengalahkan saran keluarga, bahkan dokter, yang sejauh ini gagal merayunya. “Tapi, selagi masih kuat, tak ada salahnya,” ucap Naning yang didapuk sebagai Duta Senior Expo 2023.
Sedikit demi sedikit, dia menularkan semangat itu kepada generasi yang lebih muda. Dia berharap, ke depan tetap ada yang meneruskan gagasannya. Meskipun diakuinya, itu bukan hal mudah. “Mengubah mindset orang itu tidak mudah,” kata Naning yang juga gemar mendaki gunung. (far/c18/nor)