TANJUNG REDEB - Melihat anjloknya harga baru bara saat ini dikhawatirkan Wakil Bupati Gamalis, akan memengaruhi perekonomian masyarakat. Dirinya pun hanya mampu berharap tren penurunan harga ini tidak menjadi fenomena berkepanjangan.
Yang paling dikhawatirkannya jika hal itu berlarut-larut, ialah terjadinya penurunan harga yang bisa menyebabkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di industri pertambangan.
“Batu bara ini agar tidak menjadi fenomena berkepanjangan, agar jangan sampai terjadi kondisi seperti ini berkepanjangan dan berujung pada PHK,” ujarnya.
Hal itu juga sebutnya dapat berdampak pada pendapatan para pekerja, yang nantinya juga akan berimbas pada daya beli masyarakat yang turun. Sehingga, hal itu berdampak pada pelaku usaha dan ekonomi kecil menengah yang mengandalkan daya beli masyarakat.
“Karena Berau sebagian tertumpu pada sektor ekonomi yang berasal dari geliat batu bara,” jelasnya.
Dirinya mengatakan, Pemkab Berau sejauh ini belum mempersiapkan kebijakan atau upaya untuk menghadapi tren penurunan harga batu bada yang berkepanjangan. Namun, hal ini dikatakan akan menjadi catatan khusus. “Sampai saat ini untuk menghadapi penurunan harga itu kita belum siapkan, kalau memang dirasa perlu diambil keputusan dan tindakan terkait kondisi itu, segera kita tindaklanjuti,” ujarnya.
Dalam waktu dekat ini, dirinya juga akan segera melaporkan perkembangan tren penurunan harga batu bara kepada bupati Berau, untuk mempersiapkan langkah-langkah konkret berikutnya. “Kita akan segera lapor dengan ibu bupati untuk mencari jalan keluarnya,” pungkasnya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Berau, Agus Wahyudi, menuturkan, saat ini Pemerintah Kabupaten Berau telah mempersiapkan langkah jangka panjang, khususnya terhadap persiapan menggantikan sektor batu bara yang tidak bisa diperbaharui. “Ya, itulah rentannya bergantung pada sektor dominan, makanya alternatif ke depan akan ditumbuhkan sektor pariwisata,” ujarnya.
Tren penurunan ini juga berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Sebab, pajak yang dibayarkan tentu nilainya akan turun dibanding waktuwaktu sebelumnya. Sebab, tren penurunan sudah berada pada angka 128 USD. Angka ini terjun bebas dari yang sebelumnya bisa terjual dengan harga 390-400 USD. “Otomatis berpengaruh, karena kita dapat royalti, tentu kita harus mencari sumber lain untuk daerah,” jelas Agus.
Persiapan optimalisasi sektor pariwisata pun katanya terus digencarkan. Hal ini menurut Agus Wahyudi, selain menghidupkan sektor pariwisata juga akan berdampak pada geliat ekonomi masyarakat di sekitar objek wisata. Haslinya, daerah mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari wisata, dan ekonomi masyarakat tergerakkan.
“ini dapat memicu sumber penghasilan lain masyarakat, terutama PADnya. Misal pajak restoran, pajak rumah makan, dan lainnya,” terangnya.
Namun, sejauh ini dirinya berkeyakinan, tren penurunan harga batu bara tidak akan berujung pada opsi PHK. Sebab, berdasarkan informasi yang dia terima, tren penurunan harga itu tidak terlalu berpengaruh atau dikatakan masih bisa bertahan. “Ya kalau pekerja, walaupun turun menurut informasi di batu bara masih survive, tementemen di batu bara memungkinkan untuk dilakukan, tren menurun tapi masih menguntungkan di sisi bisnis,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Kalimantan Timur, Ahmad Helmy, menuturkan, terjunnya harga batu bara disebabkan beberapa negara pemasok batu bara tengah kesulitan. “Menurut pendapat saya, tren penurunan batu bara ini karena pertama di dunia ini pemasok seperti Tiongkok dan Rusia secara ekonomi sedang lesu,” ujarnya, kemarin (8/8).
Menurutnya, inflasi yang tinggi juga memengaruhi daya beli, sehingga produksinya berdampak kepada kebutuhan energi dan menurunnya produksi. “Karena ekonominya lesu, produksi permintaannya dari Tiongkok itu juga turun. Begitu juga dengan India, kondisinya sama,” jelasnya.
Selain itu, peralihan musim dari musim dingin ke musim panas ikut memengaruhi tren penurunan harga batu bara. Sebab, ketika musim dingin memerlukan banyak energi, sehingga kini turun. Juga karena gas alam turun di skala dunia, sangat memengaruhi sekali kepada penambang-penambang yang tidak berkelanjutan. (*/sen/sam)