TANJUNG REDEB – Nasib nahas menimpa Mali, setelah rumahnya terbakar pada Sabtu (19/8) malam. Musibah tersebut merupakan kali kedua yang menimpanya setelah terjadi hal serupa pada 2019 lalu.
Bertempat di belakang Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau. Saat itu rumah Mali ludes terbakar, akibat diduga lupa mematikan kompor saat memasak.
Ia mengatakan, saat kejadian sedang di luar rumah. Istrinya yang berjualan kue, saat itu diduga sedang memasak kue, namun lupa mematikan kompor. Akibatnya bangunan yang terbuat dari kayu tersebut, ludes dilahap si jago merah.
“2019 lalu kejadian pertama, itu juga karena kompor. Hanya baju di badan yang tersisa,” katanya.
Pada saat musibah tersebut, ia harus mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Seluruh surat-surat dan barang berharga tidak ada yang berhasil diselamatkan. “Tidak ada yang bisa saya selamatkan,” ujarnya.
Pada Sabtu (19/8) malam, musibah serupa kembali menimpanya saat rumahnya dalam keadaan kosong. Saat kejadian ia sedang menghadiri undangan. Sedangkan anak dan istrinya juga tidak berada di rumah. Beruntung, api hanya melahap bagian belakang rumahnya yang terbuat dari kayu. Sedangkan bangunan bagian depan merupakan semi permanen.
“Saya jalan itu sekira pukul 21.30 Wita. Tidak lama ditelepon, bahwa rumah saya terbakar. Saya langsung balik,” ucapnya.
Saat tiba di rumah, petugas pemadam kebakaran sedang melakukan pendinginan. Seluruh rumah berantakan, plafon semuanya gosong, akibat panasnya api. Beruntung, warga cepat memadamkan, sehingga api tidak menyebar ke mana-mana.
“Biasanya saya sebelum jalan, selalu mengecek dahulu ke dapur. Tapi karena buru-buru saya langsung pergi saja. Istri saya sepertinya sedang membuat kue,” ungkapnya.
Ia mengatakan, akibat musibah ini, kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.
Sementara itu, tetangga sebelah rumah korban Ngatijan mengatakan, saat itu sedang menonton televisi di rumahnya. Tiba-tiba mendengar suara seperti hujan. Dan bau asap. Saat dicek, ternyata rumah tetangga tersebut bagian belakangnya sudah terbakar. Ia juga mengaku mendengar dua kali ledakan.
“Saya pikir hujan. Tapi bau asap. Saya keluar rumah. Ternyata kebakaran, saya langsung telepon pemadam,” katanya.
Besarnya kobaran api, langsung berupaya dipadamkan warga yang telah berkumpul. Bagian dapur rumah tersebut yang terbuat dari kayu, tidak berhasil diselamatkan.
“Api cepat menyebar. Rumah itu terkunci. Karena tidak ada orangnya. Akhirnya didobrak warga,” tuturnya.
Warga yang masuk ke dalam rumah, langsung berupaya memadamkan si jago merah. Beruntung api berhasil dikendalikan. Tidak berselang lama, datang empat unit damkar, membantu warga memadamkan api.
“Warga sudah berhamburan menyelamatkan benda berharga korban,” ungkapnya.
Sementara itu, kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat mengatakan, menurunkan empat unit damkar untuk melakukan pemadaman. Tiga dari Posko Induk dan satu dari Posko Teluk Bayur.
“Pendinginan dan pemadaman, membutuhkan waktu 30 menit,” ungkapnya.
Gang yang sempit, menjadi kendala tersendiri bagi petugas pemadam kebakaran. Namun ia mengapresiasi ketepatan dan kecepatan masyarakat dalam membantu petugas, memadamkan si jago merah.
Terpisah, Kapolsek Tanjung Redeb, AKP Simalango yang berada di TKP mengatakan, untuk korban jiwa tidak ada, kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.
“Untuk dugaan sementara karena kompor ya. Karena diakui pemilik rumah, ia lupa mematikan kompor, dan api berasal dari dapur,” tutupnya. (hmd/arp)