TANJUNG REDEB – Dinas Perkebunan (Disbun) Berau menggelar Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu kepada petani Kakao hingga Lada. Kegiatan itu untuk memberi pemahaman tentang pengendalian hama.
Kepala Disbun Berau, Lita Handini mengatakan, hama penggarek batang dan buah kerap dijumpai para petani kakao. Meski diakuinya, struktur geografis lokasi kebun yang berada di pinggir sungai terdapat juga hama serangan Monyet dan Tupai.
“Memang yang paling sering hama serangan hewan, tetapi tak sedikit juga hama penggarek mengganggu,” jelas Lita.
Hama-hama tersebut kerap mengganggu petani sehingga tentunya mempengaruhi hasil panen di kemudian hari. Sehingganya, hal ini perlu dibekali pengetahuan yang cukup dalam menangani pengendalian hama-hama tersebut.
“Khususnya bagi kebun yang di pinggiran hutan, itu musuh terbesarnya adalah Monyet dan Tupai,” tuturnya.
Melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu yang dijalankan oleh Disbun Berau, diharap bisa membantu petani mengendalikan hama, khususnya hama Penggarek Batang dan Buah pada Kakao.
“Jadi kami punya program setiap tahun ada sekolah lapang pengendalian hama terpadu. Petani dibekali pengetahuan dan ilmu pengendalian hama,” jelasnya.
Dalam setiap kelas yang digelar setahun, biasanya diisi 25 Petani yang dilakukan pertemuan setiap minggunya sebanyak 14 hingga 16 kali.
“Petugas saya datang, langsung belajar di lokasi sehingga mudah jika langsung mempraktikkannya,” tuturnya.
Penyuluh akan menjelaskan ciri-ciri bagaimana tanaman terkena hama. Selain itu juga dijelaskan bagaimana menanganinya, sebisa mungkin penanganan akan dilakukan dengan cara alami memanfaatkan yang ada di hutan.
“Jadi misalnya kena penggarek batang, nanti dicari di hutan dan kami ajarkan atasi dengan cara alami terlebih dahulu. Dengan menggunakan yang ada di situ, ada binatang sebagai musuh alami,” ujarnya.
Jika secara rantai makanan atau ekosistem alam tidak bisa mempengaruhi serangan hama, maka nanti akan diberikan obat Trichoderma yang diproduksi oleh Dinas Perkebunan Berau.
“Kalau dengan obat organik belum mempan, maka baru kita anjurkan untuk menggunakan anti hama berbahan kimia,” jelasnya.
Lita menjelaskan, belakangan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu sedang difokuskan membantu petani Kakao. Hal ini diharapkan bisa membekali petani Kakao di Berau dengan pengetahuan dan kemampuan mengendalikan hama.
“Sebenarnya semua tanaman, tapi sekarang fokus ke Kakao dahulu,” terangnya.
Baru-baru ini pihaknya melaksanakan penutupan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu di Kampung Suaran, Sambaliung. Kemudian di Kampung Punan Malinau, Segah dan Dusun Nyapa Indah di Kampung Long Lanuk, Sambaliung masih berlangsung kegiatan tersebut.
Para petani ketika mengikuti pembekalan ini tak hanya belajar, melainkan juga disiapkan konsumsi setiap pertemuan dan uang saku yang diberikan seusai pertemuan setiap minggunya hingga selesai. Tahun ini, Lita menyebut sudah terdapat 6 kelas pelatihan.
“Jadi dukungannya sudah luar biasa. Kami harap petani bisa lebih proaktif,” pungkasnya. (sen/arp)