PULAU DERAWAN - Sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Berau dalam usaha budidaya tambak udang yang ramah lingkungan, Bupati Berau, Sri Juniarsih, menyambangi Tambak Secure di Kampung Pegat Batumbuk untuk melihat secara langsung proses budidaya udang windu yang berdampingan dengan konservasi ekosistem mangrove yang disebut setiap hektarenya mampu menyerap empat kali lebih banyak dari ekosistem tumbuhan lainnya.
Bupati menilai kegiatan ini adalah hal yang positif. Sebab, kegiatan budidaya ini tak hanya menggerakan perekonomian petani tambak, melainkan juga tetap memelihara alam dengan tetap melestarikan keberadaan mangrove di Berau. Di samping mencari keuntungan, masyarakat juga berperan dalam menyediakan keberlanjutan ekosistem penyerap polusi terbesar itu.
“Kita menilai ini hal yang positif juga, tambak secure ini nanti bisa dicontoh kampung lain yang punya potensi atau tambak yang pernah mati. Sehingga, selain dampak ekonomi bagi masyarakat, ekosistem mangrove juga terjaga,” paparnya Senin (4/9).
Dirinya juga telah memerintahkan Dinas Perikanan untuk segera melaksanakan pemetaan terhadap wilayah-wilayah di Kabupaten Berau, yang punya potensi untuk mengembangkan kegiatan serupa. Dirinya menginginkan kegiatan budidaya dan pelestarian ini bisa dijalankan di tempat lain di Berau.
“Diperluaskan, bukan hanya di Kampung Pegat Batumbuk saja tetapi di kampung lainnya yang punya potensi,” ujarnya.
Dirinya juga mengharapkan dukungan masyarakat terhadap momentum ini. Pemkab Berau sendiri ditegaskan akan mendukung program kerja sama dengan bentuk pendampingan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) kepada petani-petani udang yang punya potensi pelestarian mangrove juga.
“Kami (Pemkab Berau, red) berterima kasih dan terus (mengupayakan, red) sosialisasikan program ini supaya masyarakat memahami. Selain mencari rezeki juga menjaga lingkungan,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Berau, Dahniar Ratnawati, menyebut potensi ini tentu disambut baik dan akan diperluas. Namun, pelaksanaan kegiatan tambak ramah lingkungan ini dikhususkan di wilayah pesisir yaitu menyasar tambak udang windu dan ikan bandeng.
Dahniar menjelaskan, wilayah di Kabupaten Berau yang punya potensi dikembangkan menjadi usaha ekonomi dan pelestarian berada di Kampung Pegat Betumbuk, Pulau Derawan, kemudian di Kampung Tabalar Muara, Tabalar, serta Kampung Suaran, Sambaliung. “Untuk Kampung Pegat Batumbuk sendiri seluas 7.000 hektare. Serta ditambah 2 lokasi di Suaran dan Tabalar Muara itu baru 20 orang yang mau ikut, dan yang sudah eksis baru 5 wilayah,” jelas Dahniar.
Pelaksanaan tambak ramah lingkungan ini juga merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Berau yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Berau Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pedoman Budidaya yang Sesuai dan Ramah Lingkungan. “Hanya saja, tidak membuat spesifik 20 persen dan 80 persen, dan hanya ada pembatasan pemanfaatan area tambak yang tidak digerus atau eksploitasi habis-habisan,” jelasnya.
Beberapa kondisi tambak tradisional dikatakan Dahniar kerap tidak maksimal hingga terbengkalai. Sehingga, hal ini merupakan salah satu konsep bagaimana upaya penataan lahan terbuka itu. “Direstruktur kembali supaya bisa maksimal dengan konsep natural dan alami,” ungkapnya.
Kehadiran tanaman mangrove bisa kembali menghidupkan dan menyinergikan ekosistem dengan udang dan ikan di sana. Apalagi teknologi yang digunakan mampu mengoptimalkan lahan 2 hektare, memiliki hasil setara dengan menggarap lahan seluas 10 hektare. “Jadi harapan kita, kedepannya ini terus ada edukasi peningkatan SDM sampai konsep ini bisa diterima oleh masyarakat,” pintanya.
Senior Manager Ketahanan Pesisir, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Mariski Nirwan, mengharapkan keberadaan tambak secure yang memadukan kegiatan budidaya dan pelestarian ini ke depan mampu tersertifikasi. Pihaknya juga akan melakukan kajian terkait akses pasarnya, sehingga bisa meraih harga dan kualitas udang premium. “Udang Berau adalah udang ramah lingkungan yang diekspor ke tempat lain,” tuturnya.
Konsep budidaya sendiri terbagi menjadi dua tambak, pertama ialah tambak lensa yang terdiri dari tiga petak. Yaitu petak restorasi, petak budidaya, dan petak pembesaran. Selain itu, tambak pembibitan mangrove sebagai upaya pelestarian.
“Tambak yang sudah ada kita rekonstruksi ulang jadi seperti ini. PR-nya, pada tambak secure masih dilakukan kajian terkait produktivitas udang yang masih dikembangkan modelnya. Sehingga untuk mengembangkan produktivitas itu menggunakan berbagai riset dan balai. Juga untuk melihat produktivitas secure dengan membuat data base tambak,” pungkasnya. (*/sen/sam)