TANJUNG REDEB – Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Berau, Nanang Bakran menyampaikan realisasi investasi ke Bumi Batiwakkal di triwulan kedua telah mencapai Rp 2,1 triliun dari target Rp 4 triliun.
Pencapaian itu berasal dari beberapa sektor, mulai perkebunan, pertambangan dan lainnya. Yang jelas, sektor pertambangan masih penyumbang tertinggi dengan mempengaruhi 60 persen pendapatan.
“Sejauh ini tidak ada hambatan. Malah progres kita melebihi, insha Allah target tercapai dan memenuhi target Rp 4 triliun,” katanya.
Pergerakan investasi ke Berau dikatakan secara umum berjalan positif serta berada pada tren meningkat. Hal ini juga dipicu oleh keaktifan pegawai DPMPTSP yang aktif saat bertugas di lapangan dalam upaya memberikan layanan dan mengundang investasi ke Berau.
Dari capaian tersebut, Nanang menyebut sebagian masih didominasi investasi pertambangan. Selain itu, perkebunan juga mulai menunjukkan tren positif serta sektor lainnya.
“Masih pertambangan yang tinggi, itu mempengaruhi 60 persen pendapatan kita,” terangnya.
Mantan Kepala Bapelitbang Berau itu menjelaskan, proyeksi capaian investasi ke Berau melalui DPMPTSP belum menemukan hambatan serius. Sejauh ini, semenjak dirinya ditugaskan masih bisa berjalan lancar dan menunjukkan hasil yang baik.
“Tidak ada hambatan, ini (masih,red) jalan. Malah progres kita melebihi,” terangnya.
Nanang optimistis dengan capaian-capaian realisasi investasi ke Berau yang dikatakannya menunjukkan tren positif. Ia percaya diri bahwa target yang dicanangkan senilai Rp 4 triliun investasi bisa tercapai di 2023 ini. “Insya Allah target tercapai dan memenuhi target,” tegasnya.
Jika dibandingkan dengan tahun 2022, dirinya menyebut tak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan tahun 2023. Proses investasi ke Berau berjalan lancar dan mampu mencapai target yang ditentukan.
“Tahun sebelumnya pergerakannya secara umum positif saja. Tahun lalu sekitar itu juga tercapai,” ujarnya.
Untuk target tahun depan, Nanang menyebut masih mempelajari realisasi investasi tahun ini seperti apa. Sehingga, jika trennya meningkat, maka bisa mengubah target tahun depan.
“Nanti kalau misalnya bisa kami ubah, (maka target,red) kami ubah. Kami melihat dulu, kami evaluasi baru tentukan lagi,” ungkapnya.
Menurutnya, beberapa alasan mengapa tren investasi meningkat disebabkan geliat pertambangan yang melaju kepada arah positif. Demikian juga pada sektor perkebunan yang meningkat. Bahkan, di sektor non pertambangan pun juga diakui punya tren yang menguat.
“Non tambang seperti pertanian arti luas juga pariwisata yang juga kami coba tawarkan maksimal,” paparnya.
Pihaknya ingin melakukan upaya-upaya dengan mengikuti expo yang bisa menjadi peluang menawarkan potensi investasi di Berau. Satu di antaranya adalah geliat pariwisata yang ditaksir juga akan naik. Sebab, salah satu maskapai juga akan menjajakan pesawat besar untuk mendarat ke Berau.
Hal itu, disebut Nanang bisa menjadi peluang tumbuhnya kembali sektor pariwisata dimulai dari harga tiket penerbangan yang terjangkau. Sehingga wisatawan bisa kembali memasukkan pilihan Berau sebagai salah satu tujuan pariwisata.
“Kami paparkan potensi kita. Karena kami harus siap dengan kepindahan IKN ke Kalimantan Timur. Kemudian maskapai penerbangan sudah mulai masuk, itu bisa menambah sektor wisata,” ujarnya.
Apalagi, Berau menjadi salah satu kabupaten yang disebut-sebut sebagai wilayah yang menjanjikan di sektor pariwisata. Hal itu bisa didukung juga dengan kolaborasi OPD untuk mewujudkannya lebih baik lagi.
“Terutama dengan beberapa isu yang mengenai pariwisata, waktu kita ikut di Jakarta dalam sektor pariwisata (Berau, red) menjanjikan untuk hasil pemetaannya,” pungkasnya. (sen/arp)