BANYAK yang bertanya, kapan Jembatan Sambaliung bisa dilalui kendaraan roda empat. Tak bisa memberikan jawaban, karena saya memang tidak dapat informasi detail soal itu.

Tapi, kata Iqbal, jembatan sudah bisa dilewati kendaraan roda empat pada pertengahan bulan September. Katanya, bertepatan dengan hari jadi kabupaten Berau yang jatuh pada 15 September.

Jangan karena yang bicara Iqbal lalu tidak mempercayai informasinya. Bisa jadi salah, bisa jadi pula ada benarnya. Dia memang sering rasuk kemana-mana. Dia punya teman banyak. Dan, cukup beralasan juga, karena pembukaan jembatan buat mobil ingin dijadikan momen.

Waktu itu, kami sedang kumpul di teras kopi Soe di kompleks Hotel Palmy. Setelah berbincang banyak hal, ada yang bertanya. Kapan juga jembatan bisa dibuka untuk kendaraan lainnya selain motor. Dan, spontan Iqbal menjawab tanggal 15 September, pas hari jadi Kabupaten Berau.

Percaya atau tidak soal omongan Iqbal itu soal lain. Yang jelas, di Instagram ada video yang mempertontonkan, bagaimana satu mobil ambulans yang bobotnya tidak berat itu, tak bisa melintas di jembatan. Padahal, didalamnya ada jenazah yang akan dikebumikan di Sambaliung.

Jenazah anak yang diketahui adalah korban tenggelam di satu tempat rekreasi baru yang namanya pasir putih. Iya, pasir putih di tepi sungai berarus deras. Nah, ketika bocah itu bermain, ia terseret arus deras. Jenazahnya ditemukan dua hari setelah kejadian.

Bermaksud dikebumikan di Sambaliung. Agar lebih cepat, pihak keluarga maunya numpang lewat di Jembatan Sambaliung. Karena tidak diperbolehkan, maka keranda jenazah ramai-ramai diangkat oleh warga hingga ke ujung jembatan di Sambaliung.

Banyak warga yang membandingkan antara mobil ambulans dengan mobil pejabat. Saat Gubernur Isran Noor ke Berau lewat darat dari pesisir. Iring-iringan mobil bisa saja melintas di jembatan. Makanya ada warga yang menyebut, mengapa mobil pejabat boleh, sementara kendaraan ambulans yang membawa jenazah tidak diperbolehkan.

Saat ini, kendaraan roda empat milik warga yang tinggal di Sambaliung, masih banyak terlihat menyimpan mobilnya di ruas jalan sekitar jembatan. Ada yang membiarkan berpanas-panas di halaman parkir dermaga wisata. Termasuk di sekitar kawasan dermaga.

Sejak dikerjakan dan dinyatakan selesai, telah dilakukan uji coba beban. Memberikan kelonggaran khusus bagi kendaraan roda dua yang ribuan jumlahnya, yang melintas setiap harinya. Dan, khusus roda empat, ada layanan gratis dengan menggunakan LCT.

Mungkin karena tak ingin antre lama, sehingga mobil ambulans itu tidak memilih melalui angkutan LCT ke Limunjan, Sambaliung. Dan, memilih jalan pintas lewat jembatan yang ternyata justru tak diperkenankan.

Warga sebetulnya patuh saja. Namun harapannya, ada pengumuman resmi yang menyebutkan pengecualian khusus. Terutama beban berat kendaraan yang bisa lewat. Kalau ambulans kan tidak seberapa bebannya. Dibanding mobil pemadam atau kendaraan berat lainnya.

Lagi pula, sekarang ini titik panas menyebar hampir di semua kecamatan. Petugas pemadam kewalahan dalam menjalankan tugasnya. Terutama bila kejadian kebakaran hutan dan lahan berada di wilayah Sambaliung.

Udara panas yang menempatkan kembali Berau sebagai daerah terpanas di Indonesia, membatasi warga melakukan aktivitas di luar rumah. Mungkin akan lebih baik, kembali pada suasana di saat pandemi Covid-19.

Banyaknya titik panas Karhutla, menjadikan udara jadi tidak sehat. Perlu lagi menggunakan masker agar bisa mengurangi kemungkinan terserang penyakit ISPA. Memang lebih baik pakai masker sekarang ini, bila keluar rumah, kata seorang dokter yang jumpa di warung Hokky, kemarin. (*/sam)

 @cds_daengsikra