MANAGED BY:
SENIN
11 DESEMBER
UTAMA | SANGGAM | PEMERINTAHAN | PARLEMENTARIA | EKONOMI | ALL SPORT | KALTIM | KOMBIS

UTAMA

Kamis, 07 September 2023 01:25
Tak Rela Generasi Mendatang Tak Tahu Pohon Buah Tiga Rasa

Dari Pelataran Rumah Bambang Karyanto, Sebagian Bibit Buah Khas Kalimantan ke IKN Berasal

PELESTARI LINGKUNGAN: Bambang Karyanto di antara bibit berbagai tanaman di kediamannya di Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalsel.

Bambang Karyanto mengumpulkan ribuan bibit buah, sebagian endemik Kalimantan yang sudah jarang terlihat. Dia membagikannya secara gratis kepada siapa saja yang berminat semata demi edukasi.

 

WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

 

KECUALI jalan setapak selebar 1 meter, hampir tak ada lagi yang tersisa dari luas tanah pekarangan rumahnya di salah satu sudut Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), itu. Sesak dengan ribuan bibit buah lokal.

Semuanya terbagi dalam 14 ragam bibit buah. Kapul, mangga kuini, hampalam, limau (jeruk) kuit, kesturi, dan gitaan di antaranya. Dari yang paling kecil seukuran cangkir hingga bibit yang tingginya mencapai lebih dari 4 meter.

Selain membuat rimbun pekarangan, kondisi itu membuat rumah yang ditempati Bambang Karyanto dan keluarga di kawasan Pengambangan, Banjarmasin Timur, tersebut tak begitu tampak. ”Tapi, rumah ini justru paling mudah ditemukan. Karena banyaknya tumpukan bibit-bibit ini,” ucapnya seraya tersenyum.

Sudah lima tahun belakangan, Bambang yang seumur hidup mengabdikan diri sebagai aktivis lingkungan menggeluti hobi ”menumpuk” bibit buah itu. Selain mengusung tema kelokalan, Bambang mengumpulkan bibit buah yang kini jarang terlihat.

Di sepanjang September ini saja diperkirakan lebih dari 3 ribu bibit buah akan datang ke rumah Bambang. ”Ada kesturi, rambutan, dan durian Jepang khas Kalsel di antaranya,” kata Bambang ketika dihubungi Radar Banjarmasin lagi kemarin (5/9).

Ketika Radar Banjarmasin berkunjung kali pertama ke kediamannya pada awal Juli lalu, bibit buah kesturi setinggi hampir 1 meter termasuk yang sangat dia banggakan. ”Di Banjarmasin pohon kesturi sudah sangat jarang ditemukan. Mungkin tak ada lagi. Padahal, pohon ini bisa menjadi maskot,” ujarnya.

Buah kesturi, lanjut kakek tiga cucu itu, perlu dilestarikan karena hanya ada di Kalsel. Jangan sampai justru nanti baru ribut ketika diklaim orang. Kali terakhir Bambang melihat pohon kesturi pada 2022 lalu, yang usianya diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Lokasinya ada di kawasan Lok Baintan, Kabupaten Banjar.

Sebuah kawasan yang berjarak sekitar 22 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin. Tempat di mana Pasar Terapung masih ada dan eksis. ”Pohon kesturi itu sudah tampak tumbang akibat banjir, tapi masih hidup dan berbuah. Sudah dijaga oleh tiga generasi,” ungkapnya.

Bambang bisa memastikan usia pohon kesturi itu lebih dari 100 tahun karena cucu si pemilik pohon yang saat ini menjaganya saja sudah 47 tahun. ”Orang-orang mungkin masih bisa menikmati buahnya, tapi tidak pernah melihat pohonnya,” jelas dia.

Selain bibit kesturi, lelaki kelahiran 28 Juli 1958 itu memperlihatkan bibit buah gitaan. Bibit yang satu ini diletakkan cukup khusus. Letaknya tidak di pekarangan. Tapi di dalam rumahnya. Tinggi bibit juga sekitar 1 meter. ”Dari sepuluh bibit, hanya dua yang bisa bertahan. Makanya saya masukkan ke dalam rumah,” ungkapnya.

Gitaan juga buah asli Kalimantan. Tak ada di kawasan lain. ”Kalaupun ada, hanya di Sabah dan Sarawak (dua negara bagian Malaysia yang juga terletak di Kalimantan, Red),” katanya.

Dituturkan Bambang, bibit buah gitaan tak bisa terlalu terpapar terik matahari. Tidak bisa pula terlalu berada di kawasan rimbun atau tanah becek. ”Bibit ini, ketika usianya mencapai 3 hingga 4 tahun, sudah berbuah. Sekali berbuah, akan terus berbuah terus-menerus. Tak habis-habis,” jelasnya.

Ukuran buah hampir sebesar genggaman orang dewasa. Kulit luarnya hampir mirip sawo. Dengan ketebalan daging dalam berwarna putih yang cukup tebal. Sedangkan buah dalamnya berwarna jingga. ”Jumlah buah di dalamnya itu bisa lima atau lebih. Rasanya manis dan sedikit asam. Ada rasa susu juga. Jadi, saya rasa seperti ada tiga rasa dalam satu buah,” terangnya.

Di sisi lain, Bambang juga menjelaskan bahwa oleh peneliti buah-buahan, gitaan mendapat julukan sebagai buah surga. Itu lantaran rasanya yang beragam. ”Kalau saya tidak keliru, ada peneliti dari Belanda juga bilang demikian. Secara satire dia mengatakan, memakan buah itu jangan khawatir dikeluarkan dari surga saking enaknya, hehehe,” ujarnya.

Terlepas dari ragam bibit jenis buah yang ada di kediaman Bambang, ada satu hal yang ingin dia tekankan. Bahwa hobi yang digelutinya murni untuk edukasi dan pelestarian. ”Saya perkenalkan ke sekolah-sekolah atau pesantren. Kemudian ke lingkungan tempat tinggal saya pribadi. Ada pula yang saya tanam langsung di pinggir-pinggir jalan,” paparnya.

Siapa saja yang menginginkan bibit buah lokal yang ada, Bambang juga akan memberikannya secara gratis. ”Saya hanya tidak ingin buah lokal ini justru hilang,” tekannya.

Bibit-bibit dibeli Bambang dari berbagai tempat. Dengan merogoh kantong pribadi. ”Saya beli semampu saya. Bibit yang ada di depan itu saja, bila dinominalkan bisa sampai Rp 17 juta. Kalau lagi pengin, tapi tak ada duit, ya saya mengutang ke menantu,” ungkapnya lalu terkekeh.

Bambang mengaku sama sekali tak merasa rugi bibit yang dibeli dengan uang pribadi kemudian dibagikan secara cuma-cuma. Dia menganggap semuanya sebagai hadiah.

Sejauh ini, setidaknya sudah puluhan ribu bibit buah yang dibagikan Bambang secara cuma-cuma. Tidak hanya bagi masyarakat yang berada di Kalsel. Namun juga hingga ke luar daerah. ”Di Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kaltim, saya juga menyumbang ribuan bibit buah. Selain itu, ada juga bibit pohon ulin (kayu besi, Red),” ungkap dia.

Banyaknya bibit yang dibeli dan dikumpulkan lalu dibagikan secara cuma-cuma pernah mendapat pertentangan dari pihak keluarga.

Seiring berjalannya waktu, protes justru berubah menjadi dukungan. Niat untuk pelestarian dan edukasi yang tinggi justru meluluhkan hati keluarga. ”Walaupun masih banyak keterbatasan, kami anggap upaya yang dilakukan ini adalah amal jariah,” ujar Ratna Wilis, sang istri.

Bambang mengisahkan, suatu waktu, dirinya pernah melayangkan protes ke salah satu pabrik mi instan terkenal. ”Mi instan itu memakai kemasan bertulisan limau (jeruk) kuit. Tapi, yang dipasang justru gambar jeruk nipis,” ungkapnya.

Protesnya itu mendapatkan perhatian. ”Kepala cabangnya datang ke rumah saya. Menjelaskan ketidaktahuan mereka karena yang bikin kemasan adalah pabrik pusat,” ucapnya.

Bambang kemudian menjelaskan mana yang limau kuit dan mana yang limau nipis. ”Akhirnya mereka mengerti. Kemudian mereka memboyong lima bibit limau kuit dari sini,” ungkapnya.

Menurut Bambang, kekeliruan seperti itu mungkin biasa bagi orang lain. Tapi, semestinya masyarakat lokal yang tahu haruslah peduli. ”Saya tidak marah. Saya hanya tidak ingin generasi mendatang justru lebih tahu tentang anggur dan apel. Ketimbang kesturi dan gitaan. Atau lebih mengenal pizza ketimbang kue lempeng,” tuturnya. (*/c9/ttg/sam)


BACA JUGA

Senin, 11 Desember 2023 13:29

Diharap Membantu Perbaiki Ekonomi Masyarakat

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) turut menjadi atensi jajaran…

Senin, 11 Desember 2023 13:08

Persiapan Ibadah Haji 2024 Dimulai

TANJUNG REDEB - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Berau mulai mempersiapkan pelaksanaan…

Senin, 11 Desember 2023 13:05

Progres Pekerjaan Fisik Capai 92,27 Persen

TANJUNG REDEB - Progres pengerjaan jalan yang digarap melalui Anggaran Pendapatan…

Senin, 11 Desember 2023 13:01

Menunggu Pengiriman Logistik Tahap Kedua

TANJUNG REDEB – Logistik Pemilu tahap pertama telah diterima Komisi…

Senin, 11 Desember 2023 12:58

Tak Ditutup, Berpotensi Kotori Jalan

TANJUNG REDEB - Banyaknya aktivitas proyek yang ada di perkotaan…

Senin, 11 Desember 2023 12:56

Dua dari Tiga Armada Pusling Rusak

TANJUNG REDEB - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Berau masih terus…

Jumat, 08 Desember 2023 20:25

Komitmen Wujudkan Pemilu Damai

TANJUNG REDEB – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kaltim menggelar…

Jumat, 08 Desember 2023 20:20

Dongkrak Perekonomian Masyarakat

TANJUNG REDEB - Masyarakat Maratua patut bersyukur, pasalnya Festival Maratua Jazz…

Jumat, 08 Desember 2023 20:15

Kasus Korupsi Proyek Transmigrasi di Berau, Keberadaan Terendus, Satu DPO Menyerahkan Diri

TANJUNG REDEB - Algusmi Wandi susul Ruben Tumede mempertanggungjawabkan perbuatannya 12…

Jumat, 08 Desember 2023 19:20

2023, Puluhan Alsintan Disalurkan

TANJUNG REDEB - Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau telah rampung…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers