TANJUNG REDEB – Dengan dilakukannya perawatan terhadap boiler unit 2 di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lati, membuat suplai listrik ke PLN Tanjung Redeb berkurang. Dengan adanya pengurangan ini diakui Manager ULP Tanjung Redeb, Akhlis, pihaknya harus 'memutar otak' untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dikatakannya, PLTU Lati sudah bersurat ke PLN UP3 Berau untuk melaksanakan pemeliharaan boiler unit 2, terhitung sejak 1 hingga akhir September mendatang.
“Jadi memang saat ini PLTU Lati itu memadamkan generator dan boiler unit dua. Hal itu menyebabkan suplai ke PLN UP3 Berau menjadi berkurang,” ujarnya.
Harusnya kata dia, daya di Bumi Batiwakkal cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Berau, namun dikarenakan PLTU Lati tidak menyuplai listrik secara maksimal, mengakibatkan harus dilakukannya pemadaman bergilir kembali. “Pemadaman ini akan dilakukan ketika daya listrik telah mencapai beban puncak,” terangnya.
Akhlis mengungkapkan, pihaknya sudah mencoba untuk bernegosiasi agar pemeliharaan yang dilakukan oleh PLTU Lati bisa diubah waktunya. Kendati demikian, PLTU Lati telah mendatangkan teknisi dari Tiongkok untuk perawatan boiler tersebut.
“Kami sudah mencoba untuk berkomunikasi terkait persoalan itu. Tapi memang, sudah terlanjur mendatangkan teknisi dari Tiongkok. Jadi tidak mungkin diundur lagi waktunya,” bebernya.
Menurutnya, jika semua mesin pembangkit berfungsi dengan baik, maka daya yang dihasilkan bisa mencapai 37 Megawatt. Terlebih, saat ini juga interkoneksi dari Tanjung Selor juga menyuplai hingga 3 Megawatt, yang berarti daya di Berau harusnya surplus.
“Beban puncak itu bisa mencapai 36 Megawatt, dengan total daya yang ada, harusnya tidak ada lagi pemadaman listrik berjadwal. Namun, karena PLTU Lati tak mampu menyuplai daya maksimal, akhirnya ada muncul jadwal itu. Daya yang hilang dari PLTU Lati itu 4,5 Megawatt,” katanya.
Lebih lanjut, PLN UP3 Berau dengan PLTU Lati dalam perjanjian kerja samanya, hanya bisa membeli sisa daya yang mau dijual oleh PLTU Lati. Lantaran, kerja sama antara PLTU Lati dan PLN berjenis excess power.
“PLTU punya wilayah usaha ke tambang. Dan sisa dari tambang itulah yang diberikan ke PLN,” jelasnya.
Akhlis mengungkapkan, dengan adanya pemadaman seperti ini, pihaknya mengaku merugi. Lantaran, pemasukan menjadi berkurang, namun pengeluaran tetap. “Ini tentu membuat kami rugi. Tapi apa boleh buat. Kami ini pelayan publik, selain memikirkan bisnis tentu kami juga memikirkan pengabdian kepada masyarakat. Kami juga tentunya tidak ingin ada pemadaman. Karena, kami juga terdampak,” tutupnya. (hmd/sam)