Titik api atau hotspot terus bermunculan di Berau. Karhutla pun kembali memantik kewaspadaan masyarakat dan pemerintah. Petugas damkar di setiap posko karhutla pun diminta selalu siaga.
CUACA teduh menghiasi langit Kampung Labanan Makarti, saat awak media ini tiba di Posko Karhutla Teluk Bayur beberapa waktu lalu. Sejumlah orang dengan seragam yang berbeda, di antaranya petugas damkar tampak tengah bersantai di posko yang berada persis di samping Jalan Poros Labanan ini.
Memang cuaca teduh apalagi sampai turun hujan merupakan berkah bagi mereka saat ini. Karena hanya saat itulah titik api atau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak muncul. Sehingga mereka bisa merehatkan tubuh sejenak.
“Sejak akhir Juli lalu sampai sekarang, selalu ada saja titik api yang muncul. Baik itu dua sampai tiga lokasi berbeda,” ungkap Koordinator Lapangan (Korlap) Posko Labanan, Dwi Susilo.
Cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah wilayah, menjadi salah satu faktor utama cepatnya api merambat di lahan kering. Ditambah percikan api yang berasal dari kesengajaan masyarakat membuka lahan dengan cara dibakar.
Dwi sapaan akrabnya dan anggota pun dituntut selalu siaga 24 jam di posko. Sebab, karhutla disebutnya tak memandang waktu. Kadang siang hari, kadang pula di waktu menjelang Subuh muncul.
“Cakupan wilayah kami juga luas. Ketika ada karhutla yang terjadi di luar Kecamatan Teluk Bayur, kami juga biasanya turun ikut membantu,” terangnya.
Ironisnya, dengan rentetan karhutla yang rutin terjadi di wilayah tersebut. Posko Karhutla Teluk Bayur ini hanya memiliki dua orang petugas. Setiap harinya, secara bergantian mereka ada yang melakukan patroli dan ada yang bertahan di posko.
Karena itu pula, ada perusahaan sekitar yang menempatkan sejumlah petugasnya di posko karhutla tersebut. Keberadaan mereka bertujuan membantu petugas damkar saat memadamkan karhutla. Apalagi melihat intensitas titik api yang terus muncul.
“Mereka (karyawan perusahaan, red) ada yang nginap di posko bersama kami. Tapi ya dengan kondisi seadanya di posko ini,” ungkap Dwi.
Perhatian pihak perusahaan ini tentu disyukuri oleh para petugas damkar. Selain membantu secara tenaga, tak jarang pihak perusahaan juga turut membantu dengan mengirim water tank milik perusahaan.
“Kami sangat terbantu sekali. Karena biasanya juga kami dibantu oleh aparat TNIPolri saat pemadaman,” jelasnya.
Saat ini, di Posko Karhutla Teluk Bayur memiliki dua unit mobil damkar dengan kapasitas 4.500 dan 5.000 liter air. Lalu satu unit mobil kecil yang diperuntukkan untuk memasuki areal yang tak bisa dimasuki mobil besar.
Sejatinya, mobil damkar tersebut merupakan berjenis water supply atau hanya membawa air. Namun, dimodif untuk bisa melakukan penyemprotan seperti mobil damkar pada umumnya. “Satu unit itu milik markas di Tanjung Redeb yang diperbantukan ke kami untuk sementara,” ungkap Dwi.
Berjibaku dengan karhutla, ditegaskan Dwi sangat memerlukan tenaga prima dan peralatan yang memadai. Meski pihaknya selalu ‘keroyokan’ memadamkan api, namun setiap titik memiliki situasi yang berbedabeda. Apalagi luasan lahan yang dipadamkan mulai dua hingga enam hektare untuk satu lahan yang terbakar.
Tak jarang, ia mengungkapkan ada peralatan yang rusak hingga petugas yang sakit akibat menghirup asap terlalu banyak. Situasi seperti itupun menjadi variabel yang selalu muncul di setiap proses pemadaman. "Sudah ada beberapa selang kami yang rusak terbakar sejauh ini. Tapi sudah ada gantinya," terangnya.
Di sisi lain, pihaknya juga menyayangkan masih ada masyarakat yang sengaja membakar lahan. Ketika api sudah tak bisa dikontrol, barulah memanggil pihaknya untuk melakukan pemadaman.
Karena sudah menjadi budaya, masyarakat dikatakannya sudah terbiasa ketika ada karhutla. Bahkan, tak jarang ada masyarakat yang acuh atau hanya menonton ketika karhutla terjadi. “Beberapa waktu lalu subuhsubuh dekat poski ada lahan yang terbakar. Tak lama kemudian, di lokasi lain ada kebakaran juga. Jadi kami pikir ini seperti disengaja,” ungkapnya.
Sukadi, petugas yang diperbantukan di Posko Karhutla Teluk Bayur oleh PT Hutan Sanggam mengaku sulit tidur nyenyak sejak awal membantu petugas damkar.
Ia merasakan sendiri jika karhutla hampir setiap hari terjadi. Sehingga waktu untuk beristirahat sangatlah sedikit.
“Enggak bisa tenang kalau tidur. Soalnya karhutla inikan enggak tentu kapan terjadi,” katanya.
Ia dan rekanrekannya di posko tentu selalu berharap agar selalu turun hujan. Dengan begitu, potensi terjadinya karhutla semakin kecil. Tentunya, jika tidak ada karhutla, menjadi waktu bagi pihaknya untuk ‘mengisi tenaga’ sesaat.
Ia juga memahami situasi dan kondisi petugas damkar yang harus bekerja ekstra, dengan kondisi petugas yang terbatas. Begitu pula untuk makanan seharihari, pihaknya di posko hanya dibantu oleh pihak perusahaan.
Berlatar hal itu, membuat pihak perusahaan tempat Sukadi bernaung, membantu petugas damkar dengan menempatkan dirinya dan delapan orang lainnya di posko secara bergilir. “Kami dirolling dua orang setiap tiga hari. Jadi makan dan tidur di posko,” ungkapnya. (sam)