Hari ini (15/9) Kabupaten Berau saat ini berusia 70 tahun, rangkaian perayaan hari jadi Bumi Batiwakkal pun dimulai dengan Upacara Adat Manguati Banua yang diselenggarakan oleh Keraton Sambaliung, Kamis (14/9).
ANGGORO FADJAR SUSENO, Sambaliung
DALAM sebuah kesempatan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Ilyas Natsir, sempat menjanjikan bahwa pelaksanaan hari jadi Kabupaten Berau tahun ini akan berbeda, dan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya. Berbagai kegiatan untuk memeriahkannya pun telah disusun dalam beberapa hari ke depan, termasuk pelaksanaan Upacara Adat Manguati Banua.
Rangkaian itu dimulai dengan pemotongan puncak rasul, panganan khas Kabupaten Berau yang terbuat dari beras ketan, yang dicetak seperti nasi tumpang. Bedanya, ketan-ketan itu bersusun seperti piringan-piringan, di puncak dicetak seperti ujung gunung yang lancip.
Potongan pertama puncak rasul itu dilakukan oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, untuk diberikan kepada Sultan Kesultanan Sambaliung, Yang Mulia Datu Amir. Upacara Manguati Banua kemudian dilanjut ke dalam Keraton Sambaliung, petinggi Kesultanan Sambaliung beserta pejabat dan tamu undangan masuk kedalam untuk melaksanakan pembacaan doa-doa. Memanjatkan doa-doa kepada Allah SWT, agar senantiasa terhindar dari petaka dan marabahaya.
Selepas berdoa bersama, penutup Upacara Manguati Banua dilakukan mengarak Parahu Alus atau menghanyutkan perahu kecil yang berisi sesisir pisang dan sebutir telur yang telah didoakan. Parahu Alus itu kemudian dihanyutkan ke Sungai Kelay, yang berada persis di depan Keraton Sambaliung oleh Sultan Kesultanan Sambaliung, Yang Mulia Datu Amir, dan Wakil Bupati Berau, Gamalis.
Esensi yang ingin disampaikan dalam pelarungan Parahu Alus ke Sungai Kelay itu ialah, agar masyarakat Berau dapat terhindar dari segala macam penyakit dan marabahaya.
Bupati Berau, Sri Juniarsih, merasa bersyukur upacara adat Manguati Banua masih terlestarikan hingga saat ini. Dirinya berharap, kegiatan ini bisa terus berlangsung di tahun-tahun yang akan datang dan lebih meriah lagi, sehingga mampu menjangkau masyarakat luas.
“Ajang budaya seperti ini bukan hanya untuk mempertahankan adat dan kebudayaan kita. Diharapkan juga bisa menjadi daya tarik wisata kita juga,” ujarnya.
Kegiatan pelestarian adat dan kebudayaan menjadi titik fokus dirinya. Hal ini dikatakannya, mampu menjadi daya tarik wisata otentik di Berau. Sehingganya, potensi wisata di Berau terus berkembang dan menjadi dampak bagi kesejahteraan masyarakat Berau itu sendiri.
Melalui peringatan Hari Jadi ke-70 Tahun Kabupaten Berau dan ke-214 Tahun Kota Tanjung Redeb, diharapkan jadi momentum pelestarian budaya dan ajang promosi kepada generasi penerus akan kekayaan budaya di Bumi Batiwakkal.
“Kita dorong Disbudpar bisa terus melalukan pembinaan dan program inovatif untuk kebudayaan kita,” ujarnya.
Dengan momen ini juga, dirinya berharap Kampung Budaya di Kabupaten Berau bisa terus berkembang. Sehingga, hal itu bisa menjadi alternatif wisatawan selain menikmati wisata bahari atau wisata alam bawah laut Berau.
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau, Ilyas Natsir, menyampaikan bahwa perayaan hari jadi kali ini diakui berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, Disbudpar Berau akan menggelar Expo dan Pawai Budaya yang meriah pada Oktober 2023 mendatang.
“Kalau tidak ada halangan, tahun ini akan kita ramaikan dengan Panjat Piruai atau memanjat untuk mengambil madu,” jelas Ilyas.
Setelah Upacara Manguati Banua diselenggarakan, Pemerintah Kabupaten Berau juga akan melaksanakan Upacara Hari Jadi Berau ke-70 Tahun dan Kota Tanjung Redeb ke-213 Tahun di Halaman Gor Graha Pemuda. Selain upacara, nantinya juga akan ditampilkan tarian-tarian daerah di Berau.
“Jumat (Besok, 15/9) juga akan diadakan lomba Makanan Ancur Paddas dan Puncak Rasul untuk memeriahkan,” tuturnya.
Ancur Paddas juga merupakan salah satu makanan khas Berau. Ancur Paddas makanan khas berbentuk nasi bubur dengan cita rasa yang unik, yaitu terasa pedas. Selain itu, pada Minggu (17/9) juga akan dilaksanakan upacara Baturunan Parahu atau menurunkan perahu yang digelar di Kesultanan Gunung Tabur. (sam)