Kabupaten Berau terkenal dengan kegiatan perusahaan tambang yang besar. Tetapi, sejatinya Berau tak hanya kaya akan sumber daya alamnya saja, sektor pariwisata, perkebunan, hingga perikanan juga kini mulai dilirik karena dinilai cukup menjanjikan.
ANGGORO FADJAR SUSENO, Tanjung Redeb
MELIHAT peluang itulah, menjadi alasan Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Berau, Nanang Bakran, mencetuskan proyek perubahan Peluang Integrasi dan Kolaborasi untuk Transformasi Investasi atau PIKATI dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II.
Melalui inovasi itu, Nanang berkomitmen akan meningkatkan datangnya investasi ke Berau khususnya di sektor non pertambangan.
Caranya, tentu dengan memberikan kemudahan kepada calon-calon investor, sehingga hal itu mampu menarik penanaman modal ke Berau. “Kemudahan nanti kita buatkan Perda yang bisa kita laksanakan di Berau,” ujarnya.
Oleh sebabnya juga, tercetus akan dibuatnya Mal Pelayanan Publik (MPP). Dengan demikian, semua menjadi sentral dalam satu atap pelayanan. Investor jadi mudah, tak perlu wara-wiri menyelesaikan administrasi penanaman modal, semua duduk di satu tempat bernama MPP.
“Jadi itu tujuannya dikolaborasikan dalam satu wadah, dalam sistim pelayanan berbentuk MPP,” ungkapnya.
Di dalamnya nanti diisi oleh beberapa perwakilan kantor dinas, yang secara tugas pokok dan fungsi mendukung pelayanan investasi. Tak hanya perkantoran pemerintah, perbankan hingga perusahaan juga akan turut mengisi. Tak lain, ini untuk memperlancar penanaman modal, sehingga investor tidak kebingungan.
Melalui gagasan PIKATI ini, Nanang mengejar beberapa target yang ditentukan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam jangka pendek, pihaknya akan segera mengkaji dan menyusun Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) kemudahan investasi. Kemudian, dirinya juga akan menggandeng universitas dalam rangka menguji, apakah MPP perlu dibangun di Berau sebagai target jangka menengah.
“Jangka panjangnya sendiri adalah, (pembangunan, red) MPP itu, kalau kita bisa manfaatkan Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD), Insyaallah bisa secepatnya dilaksanakan,” ungkapnya.
Dirinya juga tengah melayangkan surat kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), terkait bagaimana petunjuk teknis pembangunan MPP di Berau. Sehingga persiapan dilaksanakan dengan matang, tak dikebut namun mampu mencapai tujuan untuk kemaslahatan masyarakat Bumi Batiwakkal.
Di samping itu, Peraturan Daerah yang mengatur penanaman modal di Berau jadi regulasi yang jelas. Tidak kabur dan tidak abuabu, harapannya investasi ke Bumi Batiwakkal di luar sektor tambang jadi perhatian, sehingga banyak yang menanam modal. Hal ini juga merupakan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kepada Pemerintah Kabupaten Berau.
“Nanti kita buatkan Perda, regulasi kita harus jelas. Yang pertama ada rekom BOK kita harus buat Perda, karena itu isu nasional untuk kemudahan investasi,” ujarnya.
Di beberapa daerah di Indonesia bebernya, telah menerbitkan peraturan serta turunan regulasi yang jelas untuk memudahkan investasi ke Berau. Namun Berau hingga saat ini belum, sehingga itu menjadi perhatian khusus dan akan segera direalisasikan dalam target jangka pendek.
“Nah di Berau belum, makanya itu kita (akan) buat. Agar jelas, apa yang bisa kita mudahkan nantinya,” paparnya.
Sejatinya, pertambangan memang masih menjadi sektor unggulan investasi, namun DPMPTSP akan segera melancarkan datangnya investasi ke Berau non pertambangan. Misalnya saja sektor pertanian dan perkebunan. Cokelat atau kakao Berau yang sudah cukup terkenal, sehingga itu bisa menjadi sektor alternatif untuk mengundang investasi.
“Sebenarnya begini, investasi tergantung potensi daerah. Ini pertama di luar tambang ya, kemudahan investasi di luar tambang yaitu sektor pertanian dan perkebunan,” ungkapnya.
Kemudian, yang tak kalah menjanjikan adalah sektor pariwisata, misalnya Pulau Derawan dan Pulau Maratua yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Setelahnya Ekowisata Mangrove di beberapa wilayah pesisir. Lalu juga ada wisata alam dan budaya di kampungkampung dayak di Berau. “Pariwisata jangan dilupakan, kita kaya potensi wisata kita,” ujarnya.
Di sektor perikanan, Dinas Perikanan Berau tengah mengembangkan budidaya udang karbon, di samping mengelola budidaya udang windu, alam di sekitarnya tidak rusak. Bahkan, di samping jadi pemasukan ekonomi masyarakat, juga jadi upaya Berau menjaga ekosistem alam agar tak rusak.
“Di dalam program yang diselenggarakan Bank Indonesia, cokelat kita juara 2, dan tahun ini perikanan,” ungkapnya.
Dirinya pun membayangkan, di samping peningkatan usaha dan peningkatan ekonomi masyarakat. Masyarakat juga andil ikut menjaga kelestarian bakau untuk kelangsungan kebutuhan penyerap karbon. Sebab, bakau jadi salah satu komoditas penyerap karbon empat kali lipat lebih besar dibanding jenis komoditas lainnya.
“Itu melestarikan lingkungan bakau, kemudian bakaunya itu bisa jadi sektor wisata di samping itu produksi udang meningkat,” tuturnya.
Kekayaan itu, baik di sektor perikanan, perkebunan, pertanian, dan pariwisata hanya perlu sedikit polesan. Sehingga, mampu menarik investasi Berau besarbesaran. Setelah di poles dengan beberapa trik, sektor potensial investasi itu siap ditawarkan kepada pasar investasi luas.
“Kita ini sudah punya potensi, tinggal poles dan tawarkan keluar. Dengan isu perpindahan IKN yang perlu rekreasi, bisa ke kita (Berau, red) tanpa keluar,” pungkasnya.
Terpisah, Bupati Berau, Sri Juniarsih, mendukung proyek perubahan garapan Nanang Bakran itu, apalagi dengan salah satu upaya menyediakan Mall Pelayanan Publik (MPP) harapannya nanti bisa dikelola dengan baik. Sehingga, Pasar Sanggam Adji Dilayas (PSAD) juga bisa lebih hidup dari sebelumnya. “Jadi ingin kita, pasar harus bisa hidup dan pelayanannya lebih cepat dan memuaskan,” tuturnya. (sam)