MANAGED BY:
SENIN
11 DESEMBER
UTAMA | SANGGAM | PEMERINTAHAN | PARLEMENTARIA | EKONOMI | ALL SPORT | KALTIM | KOMBIS
Senin, 25 September 2023 17:57
MTQ Tak Sekadar Berkompetisi

Oleh Rahmatullah Al-Barawi

Ilustrasi

Kilas Pandang MTQ

Sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar, Indonesia tak dapat dipisahkan dengan nilai dan simbol-simbol keislaman. Salah satunya melalui potret penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) sejak tahun 1968 di Makassar. MTQ menjadi upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat Indonesia dekat dengan Al-Quran. Dari segi historis, MTQ menjadi saksi sejarah pergantian pemerintahan dari masa ke masa, juga perkembangan teknologi yang kian canggih.

Penyelenggaraan MTQ pun marak dilakukan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional bahkan hingga internasional. MTQ dilaksanakan mulai dari pelosok desa hingga penjuru negara. Seolah menegaskan bahwa kumandang kitab suci tak kan pernah berhenti sejak zaman Nabi hingga saat ini. Tak terkecuali di Kabupaten Berau.

Sejak tanggal 22 kemarin hingga 25 September 2023 telah diselenggarakan MTQ Tingkat Kecamatan Tanjung Redeb di Masjid Darul Falah, Kelurahan Karang Ambun. Secara kuantitas, MTQ di tingkat Kecamatan ini telah dilakukan sebanyak 53 kali dan 54 kali untuk tingkat Kabupaten Berau.

Jika dari kuantitas sudah lebih dari setengah abad lantunan ayat suci Al-Quran dikumandangkan di bumi Batiwakkal, maka bagaimana dari aspek kualitas? Tentu untuk mengukur kualitas lebih susah dibanding nominal angka yang terlihat jelas. Meski demikian, kita dapat memahami setidaknya kualitas MTQ Kabupaten Berau dari banyaknya prestasi yang pernah ditorehkan. Misalnya menjadi juara umum tiga tahun berturut-turut pada tahun 2006-2008 dan setelahnya beberapa kali juara dan masuk tiga besar MTQ Provinsi Kalimantan Timur. Pun tidak sedikit putra daerah yang telah menorehkan prestasi di kancah nasional dan internasional.

Lantas bagaimana kondisi per-MTQ-an saat ini? Secara prestasi memang rasanya Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) yang menggawangi pembinaan dan persiapan MTQ perlu berbenah. Paling tidak selama tiga tahun ke belakang, prestasi MTQ Kabupaten Berau dikancah provinsi kian merosot. Refleksi dan kritik diri perlu dilakukan untuk meningkat kualitas. Jika dulu bisa berjaya, mengapa sekarang menjadi sirna? Jika mereka yang saat ini bertengger sebagai juara juga belajar pada daerah ini, seharusnya kita pun dapat belajar kembali. Namun sebenarnya di luar mengejar gelar-gelar prestasi itu, ada hal yang lebih penting dari penyelenggaraan MTQ setiap tahunnya.

Arti Penting Penyelenggaraan MTQ

Pertama, MTQ sebagai syiar dakwah Islam bagi masyarakat. Sejak dulu Al-Quran yang dilantunkan dengan suara merdu mempunyai daya pikat. Sebut saja tokoh Quraisy yang awalnya sangat membenci Islam justru beralih menjadi pembela Nabi Muhammad, Umar bin Khaththab. Sikapnya yang keras dan beringas terhadap ajaran baru yang dibawa oleh Nabi luluh lantah seketika tatkala mendengarkan bacaan Al-Quran Surat Thaha.

Kini kekuatan musikalitas Al-Quran itu dapat dilihat dari penyelenggaraan MTQ di tanah air. Bisa kita bayangkan, masyarakat Indonesia yang bukan penutur asli (native speaker) bahasa Arab, mampu menyuarakan bacaan Al-Quran dengan merdu bahkan hingga menjuarai perhelatan internasional. Banyak orang di Timur Tengah yang takjub dengan suara-suara emas pelantun kitab suci non-Arab. Ini membuktikan kekuatan utama yang dimiliki oleh Al-Quran yaitu aspek bunyi.

Karenanya kita akan menemukan banyak pesan Nabi agar membacakan Al-Quran dengan lantunan suara yang merdu.

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Quran” (HR. Abu Dawud)

Aspek pendekatan seni dalam Al-Quran inilah yang menurut Karen Armstrong dalam bukunya yang terbaru, “The Lost Art of Scripture” banyak dilupakan oleh orang modern. Saat ini kita lebih banyak mendekati kitab suci dengan pembacaan rasional-modern. Semua ingin dibaca dengan kacamata logika, sehingga Al-Quran tidak lagi didekati dengan pendekatan seni dari hati.

Padahal sejarah mencatat banyak orang yang jatuh cinta pada Islam awalnya bukan karena penafsiran Al-Quran yang kompleks, melainkan karena lantunannya yang menyentuh relung kalbu. Persis seperti penyelenggaraan MTQ di Indonesia. Bagi kita yang tidak paham bahasa Arab, mendengarkan orang melagukan Al-Quran dengan nagham Bayyati, kita tetap dapat merasakan kekuatan bunyi yang menggugah hati.

Karenanya pembelajaran Al-Quran dengan mengedepankan seni baca Al-Quran perlu terus dilestarikan. Jangan sampai pembelajaran firman Tuhan ini justru tergerus oleh zaman. Pada perkembangan selanjutnya, MTQ menghadirkan cabang baru yang lebih beragam. Dalam hal ini, agenda MTQ dapat menjadi upaya menyelami Al-Quran dari berbagai aspek. Ini poin kedua yang penting untuk dicermati.

Saat ini perlombaan MTQ meliputi tilawah, tartil, qira`at mujawwad, tahfiz (1, 5, 10, 20 dan 30 juz), tafsir (bahasa Arab, Inggris dan Indonesia), fahmil Quran, syarhil Quran, khattil Quran, Menulis Makalah Al-Quran, dan lomba yang terbaru adalah menghafal hadis Nabi Saw dengan dan tanpa sanad. Dengan melihat aneka cabang tersebut, dapat dipahami bahwa MTQ menjadi sarana untuk mendekati Al-Quran dari berbagai cara.

Bagi yang tertarik dengan seni suara, bisa memilih tilawah, tartil atau qiraat. Mereka yang berminat dengan hafalan, bisa memilih tahfidz Al-Quran atau hadis Nabi. Anak muda yang terpikat dengan elaborasi pemahaman Al-Quran dan hafalan dapat mengikuti tafsir. Pun yang menyukai dunia cerdas cermat dan pengetahuan Islam secara umum dapat mengikuti fahmil Quran. Sedangkan yang menyukai dunia pidato dan ceramah, bisa memilih syarhil Quran. Para pecinta seni tulisan indah kaligrafi, ada cabang khattil yang dapat digeluti. Tak kelupaan, bagi yang menyukai dunia tulis-menulis dan tertantang untuk menghadirkan pemahaman Al-Quran yang kontekstual menjawab tantangan zaman, menulis makalah Al-Quran dapat menjadi pilihan perlombaan yang tepat.

Dari berbagai cabang tersebut, dapat dipahami bahwa kita dapat mendekati Al-Quran dari mana saja. Selain itu, ini juga menjadi penegasan bahwa Islam mendukung kreativitas dan inovasi termasuk dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Hal ini sebagaimana ilustrasi yang disampaikan oleh Nabi Saw bahwa Al-Quran itu adalah hidangan Ilahi, ma`dubatullah.

Perumpamaan tersebut dapat dipahami seperti ketika kita menghadiri undangan. Dalam prosesi tersebut, tuan rumah menghidangkan berbagai macam menu. Kita dapat memilih menu apa pun sesuai cita rasa lidah. Begitu pula Al-Quran sebagai hidangan Tuhan, Dia telah menyediakan berbagai menu, kita bisa memilihnya sesuai dengan passion. Ada yang diberikan kapasitas suara, imajinasi seni, ingatan yang kuat, kemampuan menulis, atau intelektual yang tinggi dalam memahami kitab suci. Apa pun yang kita pilih, selama berkaitan dengan Al-Quran tidak akan pernah merugi.

Nah, untuk mempersiapkan dan mengarahkan generasi muda memilih lomba mana yang ingin dia geluti, perlu pembinaan yang konsisten. Pembinaan menjadi kata kunci ketiga pentingnya penyelenggaraan MTQ. Tak dapat dipungkiri dengan adanya perlombaan, membuat anak muda termotivasi untuk belajar seni Al-Quran. Inilah substansi dari ajaran Islam yaitu fastabiq al-khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. MTQ menjadi sarana melahirkan bibit-bibit unggul baru yang dapat melantunkan firman Tuhan dengan syahdu.

Namun pertanyaannya saat ini adalah seberapa besar gerakan pembinaan ini dilakukan di tengah masyarakat? Jangan sampai pendidikan Al-Quran hanya marak dan bersuara tatkala MTQ mau diselenggarakan. Tidak ada MTQ, pembinaan pun berhenti.

Urgensi Pembinaan Al-Quran di Era Disrupsi

Mestinya ada atau tidak perhelatan akbar musabaqah, pembinaan Al-Quran harus terus berjalan. Sebab proses transformasi pembelajaran Al-Quran adalah proses terbaik yang dipuji oleh Nabi. Beliau bahkan bersabda bahwa manusia terbaik adalah yang belajar, mengajar dan mengamalkan Al-Quran. Maka dari proses pembinaan Al-Quran ini, diharapkan juga akan lahir pembiasaan akhlak Qur’ani.

Hal ini dapat menjadi solusi di tengah bobroknya etika masyarakat Indonesia, khususnya anak muda sebagaimana survei Microsoft beberapa tahun silam yang menunjukkan ketiadaan adab netizen Indonesia dalam bermedia sosial. Dengan pembinaan dan penanaman nilai-nilai Al-Quran, secara jangka panjang dapat membentuk generasi yang beradab, netizen yang menolak hoax dan menyebarkan yang haq.

Memang penyelenggaraan MTQ masih perlu dibenahi. Tetapi sebagaimana kaidah fikih, “maa laa yudraku kulluh, laa yutraku kulluh”, apa yang tidak dapat diraih seluruhnya, maka jangan meninggalkan semuanya. Kaidah ini menegaskan bahwa meski MTQ perlu ditindaklanjuti, tetapi tidak dapat pula ditinggalkan begitu saja. Salah satu poin penting yang perlu diperhatikan oleh semua pihak, bagaimana pelaksanaan MTQ dapat menjangkau lebih luas lagi dengan penggunaan teknologi terkini.

Refleksi pribadi dari penulis, MTQ menjadi sarana penting untuk mengenal Al-Quran. MTQ menjadi pintu gerbang bagi penulis melihat ‘keseruan’ belajar Al-Quran dari berbagai aspek. Karenanya penulis pun sempat mengeksplorasi banyak perlombaan, mulai dari tartil, tilawah, tahfidz, tafsir, fahmil, hingga menulis makalah.

Dengan demikian, penekanan nilai-nilai Al-Quran dalam pembinaan dan penyelenggaraan MTQ perlu disemarakkan. Terlebih bagi generasi Z saat ini yang lebih akrab dengan dunia digital, maka pembinaan dan penyebarluasan nilai-nilai Al-Quran juga perlu merambah dunia virtual. Jangan sampai MTQ hanya semarak sesaat, tetapi tak berdampak besar bagi umat. Kalau saja banyak informasi dan berita negatif yang trending di media sosial, maka harusnya perhelatan MTQ bisa diviralkan, sehingga nilai-nilai Al-Quran tidak hanya membumi, tetapi juga mendunia maya. (*)

*) Penggembira MTQ; Peserta Musabaqah Makalah Al-Quran (MMQ) Kabupaten Berau tahun 2014-2018.

loading...

BACA JUGA

Selasa, 14 November 2023 20:40

Kaltara Kalut

MINGGU (12/11) sore di Kopi Soe. Masih satu halaman dengan…

Jumat, 10 November 2023 20:46

Tenyaman Kaltim

Oleh Mappasikra M   PEMBAYARAN non tunai dan soal gabung…

Jumat, 03 November 2023 22:03

Ide AW

SAYA singkat saja nama teman jadi AW. Nama aslinya tidak…

Senin, 25 September 2023 17:57

MTQ Tak Sekadar Berkompetisi

Kilas Pandang MTQ Sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar,…

Sabtu, 16 September 2023 21:48

Memperkuat Visi Kepemimpinan Pancasila

Eskalasi jelang pilpres tahun 2024 sudah  terasa di tahun 2023…

Jumat, 15 September 2023 19:23

Irau Berau

BUKAN hanya panitia hari jadi yang sibuk mempersiapkan festival bakar ikan.…

Selasa, 12 September 2023 14:24

Anak Buah

PADAHAL sudah jualan tiga bisa mampir. Itu pun karena informasi…

Kamis, 07 September 2023 01:23

Menikmati Sepi

BELUM jam 11, Rabu (6/9). Sudah lewat sedikit waktu berkunjung…

Rabu, 06 September 2023 19:59

Numpang Lewat

BANYAK yang bertanya, kapan Jembatan Sambaliung bisa dilalui kendaraan roda…

Selasa, 05 September 2023 19:35

Jangan Menangis

PENELITIAN menyebutkan, menangis bisa merangsang produksi hormon endorfin. Hormon yang…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers