Si Boncel Dikembalikan ke Hutan

- Sabtu, 22 Agustus 2020 | 13:06 WIB
TRANSLOKASI : Tim gabungan mengevakuasi dan memindahkan satu orangutan yang sering masuk ke kebun warga di Kecamatan Matan Hilir Selatan, (18/8).
TRANSLOKASI : Tim gabungan mengevakuasi dan memindahkan satu orangutan yang sering masuk ke kebun warga di Kecamatan Matan Hilir Selatan, (18/8).

KETAPANG – Sehari sebelum peringatan Hari Orangutan Sedunia, tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I dan IAR Indonesia, disibukkan dengan kegiatan penyelamatan dan translokasi satu orangutan jantan dewasa di kebun milik warga di Desa Sungai Pelang Kecamatan Matan Hilir Selatan pada Selasa (18/8).

Laporan mengenai keberadaan orangutan ini didapatkan dari seorang warga yang mengatakan bahwa ada orangutan di dalam kebun sawit yang berada di dekat jalan Pelang-Tumbang Titi. Orangutan tersebut tidak sengaja terlihat saat pekerja kebun sedang membersihkan semak-semak yang ada di sekitar kebun.

Menanggapi laporan ini, tim Patroli Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia melakukan verifikasi dan orangutan ini sudah tidak lagi berada di sana. Menurut informasi dari pekerja kebun, orangutan ini memang sering terlihat di lokasi kebun ini.

Tim akhirnya menemukan orangutan yang diberi nama Boncel ini dan melakukan monitoring secara intensif sejak awal bulan Agustus. Melihat kondisi lokasi tempat ditemukannya orangutan dan berdasarkan citra satelit, jarak antara lokasi kebun dengan hutan besar cukup jauh sehingga orangutan ini tidak lagi bisa dihalau untuk kembali ke dalam hutan. Menimbang kondisi ini dan mengingat potensi konflik manusia dengan orangutan yang mungkin dapat terjadi, tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar serta Pemerintah Desa Sungai Besar memutuskan untuk mentranslokasi orangutan ini ke Hutan Desa Sungai Besar.

Translokasi orangutan yang diperkirakan berusia sekitar 30-40 tahun ini berjalan lancar. Setelah melewati serangkain pemeriksaan medis, drh. Andini, dokter hewan IAR Indonesia yang memeriksa Boncel, menyatakan orangutan ini dalam kondisi sehat.

“Karena kondisi orangutan ini sehat dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut, maka kami bersama BKSDA Kalbar memutuskan untuk  langsung mentranslokasikan mereka ke hutan Desa Sungai Besar. Kami juga sudah berkoordinasi langsung dengan pihak pemerintah desa mengenai hal ini. Hutan seluas lebih dari 6500 ha ini dipilih karena Boncel diperkirakan dari lokasi ini,” jelas Argitoe Ranting, Kepala Program IAR Indonesia.

Dia menjelaskan, meskipun kegiatan ini sukses memindahkan orangutan ke hutan yang lebih baik untuk kehidupannya, tranlokasi semacam hanyalah solusi sementara. Translokasi ini tidak bisa mengurai akar permasalahan sebenarnya. Permasalahan sebenarnya terletak pada alih fungsi dan kerusakan hutan.

Menurutnya, ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan bertambah sejak kebakaran besar melanda sebagian besar wilayah di Ketapang. Hutan yang terbakar menyebabkan banyak orangutan kehilangan tempat tinggal dan dan sumber penghidupannya. Orangutan-orangutan ini pergi meninggalkan rumahnya yang terbakar dan masuk ke kebun warga untuk mencari makan, menyebabkan tingginya jumlah perjumpaan manusia dengan orangutan yang tidak jarang menimbulkan konflik yang dapat merugikan orangutan dan manusia itu sendiri.

Direktur IAR Indonesia, Karmele L. Sanchez, mengatakan Hari Orangutan yang diperingati di seluruh dunia ini seharusnya menjadi pengingat bahwa semestinya bangga memiliki orangutan dan melakukan upaya sepenuh hati untuk melindungi dan menjaga mereka serta habitatnya. “Namun sampai saat ini, konflik antara manusia dan orangutan masih saja terjadi. Potensinya bahkan cenderung meningkat,” katanya.

Dia menambahkan, konflik ini muncul karena orangutan kehilangan habitat yang merupakan rumah bagi mereka. Orangutan mencari makan ke kebun warga karena mereka tidak punya pilihan lagi akibat rumahnya yang musnah. Kehilangan habitat dan konflik dengan orangutan meningkat risiko penularan penyakit antara manusia dan orangutan.

Di masa pandemi ini, dan melihat bahwa konversi habitat dan kehilangan biodiversity serta peningkatan konflik dan interaksi satwa dan manusia menjadi faktor utama untuk meningkatkan risiko new emerging zoonotic diseases. “Jika kita mau lindungi orangutan, dan kita mau menjaga manusia dari pandemik, kita harus menjaga ekosistem dan alam. Kami berharap, melalui hari orangutan sedunia ini, manusia menyadari pentingnya hutan hujan bagi orangutan dan manusia itu sendiri,” harapnya. (afi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Balap Liar Mulai Resahkan Warga Sukadana

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB

Pj Gubernur Kalbar Sidak Pegawai Usai Libur Lebaran

Selasa, 16 April 2024 | 09:12 WIB

Warga Ngabang Keluhkan Tarif PDAM Naik Drastis

Senin, 15 April 2024 | 14:30 WIB

Polres Sintang Cegah Praktik Kecurangan di SPBU

Selasa, 9 April 2024 | 09:27 WIB

Ismail Jadi Pj Bupati Mempawah, Gantikan Herlina

Minggu, 7 April 2024 | 11:15 WIB
X